Seni Budaya Harus Jadi Lambang Masyarakat

Seni Budaya Harus Jadi Lambang Masyarakat

261 views
0
SHARE

Suara Indonesia News – Bengkalis. Suku Sakai serta adat Suku Sakai adalah Suku dan Adat yang sudah lama keberadaan di Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.

Tidak dapat di pungkiri bahwa Suku Sakai serta adat dan tradisinya berkembang mengikuti zaman, salah satu tradisi yang sudah tenggelam dari Suku Sakai ini adalah tradisi berpindah-pindah (nomaden).

Hari ini Suku Sakai tidak lagi suku yang terkebelakang justru dari satu dekade belakangan ini suku sakai mendapat perhatian serius dari pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis, dimana suku sakai dibeberapa kesempatan pada acara pemerintahan Kabupaten Bengkalis seni dan budayanya sering ditampilkan.

Seni budaya Suku Sakai yang menampilkan tarian lancang koci, lukah gilo, dan tarian buah pingkek, ini terlihat pada kunjungan Plh. Bupati Bengkalis diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Kemanusiaan dan Sumber Daya Manusia Kasmarni, pada Minggu 30 Agustus 2020.

Kehadiran Staf Ahli Bupati itu, awalnya disambut oleh rebana dan pencak silat sebagai bagian dari seni budaya Suku Sakai, acara yang diselenggarakan oleh LAM Riau mendapat apresiasi oleh Staf ahli Bupati dan para undangan yang hadir pada acara tersebut.

Dalam sambutan Plh. Bupati Bengkalis yang dibacakan oleh Staf Ahli Bupati tersebut memberikan apresiasi terhadap acara yang diselenggarakan oleh LAM Riau Kawasan Bathin 8 dan 5 Sakai ini.

Menurutnya, momentum seperti ini bisa membangkitkan seni dan budaya Sakai di wilayah Kabupaten Bengkalis melalui kreasi, inovasi dan kolaborasi yang diharapkan mampu mewujudkan dan membentuk karakter serta jati diri sebagai suatu budaya yang kuat dan tangguh di Nusantara.

“Melalui kegiatan ini, diharapkan juga bisa mentransformasikan nilai yang terkandung didalamnya, untuk kehidupan yang lebih baik, terutama bagi generasi muda agar tidak terpengaruh budaya asing yang bernilai negatif,sehingga melahirkan generasi muda berjiwa seni dan kepribadian baik,” ujarnya.

Dikatakan Ibu dari empat orang anak itu, seni budaya Sakai, merupakan budaya lokal yang hendaknya bisa menjadi motivator dalam membangkitkan potensi budaya lokal yang ada di Kabupaten Bengkalis. Karena seperti yang diketahui, Kecamatan Mandau memiliki banyak penggiat-penggiat seni yang budaya lokalnya harus diangkat ke permukaan.

“Masa boleh berlalu, zaman boleh berganti, namun eksistensi seni budaya Sakai yang dimiliki, sampai kapanpun, karena apapun dan oleh siapapun, harus tetap terbingkai dan terjaga utuh sebagai wujud jati diri dan ciri khas suku Sakai yang dikembangkan secara bersama dalam meningkatkan semangat cinta kepada Negeri Junjungan ini,” imbuhnya

Pada akhir sambutannya, perempuan yang ramah itu mengajak seluruh masyarakat yang hadir saat itu, untuk bergandeng-tangan, saling bahu-membahu dan bersama mengangkat seni budaya Sakai, dan menjadikan sebagai Marwah dari setiap perilaku kehidupan masyarakat Sakai.

“Dengan demikian, seni budaya ini bukan hanya menjadi aktualisasi adat budaya Sakai dalam pertunjukan semata, melainkan menjadi lambang bahwa masyarakat Sakai merupakan masyarakat yang terbuka, indah dan bersahabat dengan semua orang,” tutupnya. (Mus)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY