Suara Indonesia News – Kota Solo. “Musik gamelan adalah musik meditasi dimana alunan musiknya sangat menentramkan hati dan membuat nyaman hati dan pikiran bagi siapapun yang mendengarkannya,” begitulah yang dikatakan Ketua Forum Budaya Mataram (FBM) BRM Kusumo Putro, SH,MH, Rabu, 09/09-20.
Kusumo mengatakan alat musik gamelan diciptakan oleh para leluhur di masa lalu dengan ‘roso’ yang tidak asal-asalan dibuat dengan menyatukan ratusan alat musik yang dipadukan sehingga menciptakan alunan musik yang sangat merdu dan indah.Harmonisasi tersebut sampai saat ini diakui oleh masyarakat dunia sebagai alunan musik paling indah di dunia dengan jumlah perpaduan alat musik terbanyak yang pernah diciptakan manusia hingga saat ini.
“Perlu saya sampaikan bahwa di Kota Solo memiliki 54 Kelurahan dan 5 Kecamatan dan belum seratus persen semua kelurahan memiliki satu set gamelan, namun sangat disayangkan bahwa alat musik gamelan tersebut hanya dipakai sebagai pajangan saja dan hanya sesekali digunakan itupun sangat jarang sekali, alangkah sayangnya alat musik yang indah itu hanya dibiarkan mangkrak begitu saja,” ungkapnya.
Kusumo berpendapat sebaiknya Pemkot Kota Solo segera membuat peraturan bagi semua Pegawai Kelurahan dan kecamatan tanpa kecuali diharuskan wajib belajar dan berlatih musik gamelan di kantor mereka.
“Dengan memanggil guru ahli musik gamelan/karawitan yang sangat banyak di Kota Solo ini, dimana di jadwalkan rutin latihan seminggu 3 kali yang dibagi menjadi 3 kelompok, yakni pertama kelompok Pegawai Kelurahan dan Kecamatan, kedua kelompok anggota masyarakat sekitar wilayah kelurahan dan kecamatan dan yang ketiga kelompok Karang Taruna dan anak-anak. Dimana jadwal hari dan jam latihannya sudah ditetapkan sama di seluruh Kota Solo,” jelasnya.
Kusumo menuturkan sehingga Indahnya alunan musik gamelan yang menentramkan hati dan pikiran warga bisa terdengar di seluruh pelosok Kota Solo, serta untuk meningkatkan kecintaan masyarakat Kota Solo akan alat musik tradisional peninggalan leluhurnya yang juga bisa mejadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun internasional berkunjung ke Kota Solo serta menetapkam Kota Solo sebagai Kota Gamelan yang menambah ikon baru Kota Solo.
Yang tidak kalah penting agar para seniman dan para ahli musik gamelan/karawitan bisa menularkan keahliannya kepada masyarakat luas,” tegasnya.
“Bila kita hitung soal biaya, misal 54 Kelurahan ditambah 5 Kecamatan dikalikan 2,5 juta rupiah gaji per bulan bagi setiap guru maka perbulan hanya Rp 147.500.000 per bulan untuk seluruh guru di 54 kelurahan dan 5 kecamatan, ini adalah biaya yang sangat kecil bagi Pemkot Solo untuk berperan serta dalam Nguri-Nguri Budaya Bangsa, PAD Kota Solo masih sangat mampu kok untuk membiayainya, persoalannya terletak pada peduli dan mau apa tidak merealisasikannya,” lanjutnya.
Kusumo melanjutkan perlu diketahui bahwa di Kota Solo tidak ada satupun pengrajin atau pabrik pembuatan gamelan.
“Pengrajin gamelan justru berada di luar Kota Solo serta Kota Solo belum ditetapkan sebagai Kota Gamelan atau Gamelan belum menjadi Ikon Kota Solo yang diakui oleh Pemerintah Indonesia dan Dunia Internasional,” tukasnya.
Sebelum gamelan ditetapkan sebagai ikon daerah lain, Kusumo menyarankan agar Kota Solo harus membuat sebuah gebrakan agar musik gamelan mendapat pengakuan Pemerintah Indonesia dan Dunia Internasional sebagai ikon musik tradisional Kota Solo.
Bagi kelurahan yg ada di Kota Solo yang belum memiliki gamelan, sebaiknya Pemkot Solo segera memberikannya, dan bagi Lurah dan Camat yang tidak mau melaksanakan untuk Nguri-nguri budaya seperti yang saya sampaikan diatas, Pemkot Solo mengambil langkah tegas untuk mencopot Lurah dan Camat bersangkutan, jabatan Lurah dan Camat di Kota Solo banyak yang antri kok,” lanjutnya.
Lebih lanjut Kusumo menambahkan pemerintah baik daerah, provinsi dan pusat jangan hitung – hitungan dalam rangka Nguri-Nguri Budaya dan kearifan lokal bangsa sendiri.
Berapapun besar biaya dan anggarannya harus dikucurkan karena budaya dan kearifan lokal merupakan benteng terakhir Negeri Indonesia yang kita cintai ini agar tetap berdiri dan kalau tidak mau bangsa dan negeri ini hancur. Singkirkan segala kepentingan kelompok, golongan dan politik dalam rangka Nguri-Nguri Budaya Bangsa,” tutupnya. (Hatta)