H.M. Muflih : Moderasi Beragama Sudah Menjadi Kebutuhan Untuk Diimplementasikan Para Penceramah...

H.M. Muflih : Moderasi Beragama Sudah Menjadi Kebutuhan Untuk Diimplementasikan Para Penceramah Agama

281 views
0
SHARE

Suara Indonesia News – Polman. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Sulawesi Barat menyampaikan hal “Moderasi Beragama” yang sudah menjadi kebutuhan untuk diimplementasikan para penceramah agama sebagai penyejuk ditengah masyarakat. Hal tersebut disampaikan H. M. Muflih B. Fattah pada Bimtek Penguatan Kompetensi Penceramah Agama di Wilayah Kab. Polewali Mandar, selasa  20/10/2020

Setelah merilis Program Penguatan Kompetensi Penceramah Agama pada september lalu di Jakarta, kini Kementerian Agama melalui satuan kerjanya di berbagai provinsi secara intens tengah melakukan lanjutan kegiatan tersebut.

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat melalui Bidang Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Bimbingan Teknis Penguatan Kompetensi Penceramah Agama di Wilayah Kab. Polewali Mandar setelah 2 hari sebelumnya menggelar kegiatan serupa di Kab. Mamuju.

Ka.Kanwil Kemenag Sulbar, H. M. Muflih B. Fattah, yang hadir melalui sambungan virtual, berharap melalui Bimtek tersebut lahir penceramah profesional, memiliki wawasan kebangsaan, cinta NKRI, tidak mudah menerima berita hoax, dan mampu mencegah isu-isu yang berpotensi memecah belah kerukunan umat beragama di indonesia.

Dalam materi singkatnya, beliau menekankan pentingnya mantra kementerian agama, secara khusus dalam hal ini yaitu moderasi beragama.

“Moderasi beragama dapat dipahami sebagai perilaku yang mengambil posisi ditengah-tengah, selalu bertindak adil serta tidak ekstrim dalam praktik beragama,” jelas H. M. Muflih.

Lebih lanjut beliau menjelaskan, “yang harus dilakukan dalam menata moderasi beragama yaitu; saling mendengarkan satu sama lain, harus saling belajar mengatasi perbedaan dan, saling menghormati tafsir dan praktik beragama serta tidak mengutik perbedaannya. Moderasi beragama sudah menjadi kebutuhan untuk diimplementasikan serta membutuhkan sikap dan tindakan yang berimbang dan adil, oleh karena itu menjadi solusi atas sikap ektrimisme.”

“Keragaman adalah anugerah dan kehendak tuhan, tuhan menghendaki kita berbeda-beda, agama dan suku hidup menjadi dinamis, saling mengenal satu sama lain, dan saling belajar satu sama lain,” jelas Ka.Kanwil menutup materi singkatnya. (Rbk/Hamma)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY