Suara Indonesia News – Mamuju. Isu agama merupakan hal yang begitu hangat diperbincangkan beberapa tahun terakhir di Indonesia. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa pemilihan umum yang diselenggarakan KPU. Banyak tim dari pasangan calon memanfaatkan isu agama ini untuk meningkatkan dan menurunkan elektabilitas seorang paslon, hingga issue agama ini dianggap sangat berbahaya jika tidak ditangani secara baik.
Begitu berbahayanya, hingga Kementerian Agama memberikan perhatian khusus issue tersebut. Berbagai kebijakan dan program yang telah dilakukan lembaga negara yang menangani bidang agama ini, baik berupa pencegahan hingga pembinaan-pembinaan yang dilakukan setiap agama untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya menjaga kebersamaan dan menjaga kerukunan antar umat beragama.
Hal inilah yang dilakukan Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Prov. Sulbar untuk menjaga kebersamaan umat di Sulbar. Bertempat di Gereja Katolik Paroki Santa Maria Ratu Rosari (9/26), Bimas Katolik mengadakan Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama Katolik. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama dan menjadikan Umat Katolik menjadi terdepan dalam moderasi hidup beragama.
Kegiatan yang berlangsung sehari ini menghadirkan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Sulbar yang diwakili Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Islam H. Misbahuddin sebagai pemateri.
Dihadapan 35 perserta kegiatan, Kabid Bimas Islam ini memberikan apresiasi kepada Agama Katolik yang mempunyai struktur agama yang baik dalam hal mencegah dan menangani konflik beragama. Ia mengatakan bahwa struktur agama yang terpusat di Vatikan inilah yang menjadikan agama Katolik menjadi agama yang sangat minim konflik internalnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa perbedaan dalam sebuah keyakinan bukan menjadi halangan untuk hidup bersama dan bahagia. Bahkan ia mengatakan jika perbedaan itu adalah anugerah dari Tuhan agar manusia dapat bekerja sama. “Tuhan menciptakan perbedaan agar manusia bekerjasama”.
Diakhir materinya, H. Misbahuddin mengharapkan agar umat beragama yang ada di indonesia tidak membenturkan struktur organisasi agama dengan struktur organisasi bernegara serta budaya. Ia meyakini bahwa aturan yang lahir dari negara kita adalah buah pikiran yang bersumber dari ajaran agama yang dianut di Negara kita. (lyn/RK/Hamma)