Suaraindonesianews-Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebudayaan untuk merumuskan pendidikan karakter ke-Indonesia-an, agar anak-anak Indonesia tidak terbawa arus budaya negara lain, sehingga kehilangan karakter dan jati diri bangsa.
“Saya hanya ingin mengingatkan kepada kita semuanya bahwa sekarang yang namanya perang fisik itu dapat dikatakan sudah mulai ditinggalkan, sekarang yang terjadi adalah bukan lagi penguasaan pada sebuah teritori, tapi penguasaan sumber daya alam, penguasaan sumber-sumber ekonomi di sebuah negara,” kata Presiden Jokowi saat membuka Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017 dan Penyerahan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk Siswa Yatim Piatu Wilayah Jabodetabek, di JI Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (26/1).
Oleh sebab itu, Presiden mengingatkan agar nilai budi pekerti, kesopanan, dan kesantunan harus terus-menerus disampaikan kepada anak-anak Indonesia. “Inilah tekanan yang ingin saya sampaikan agar anak-anak kita bekali dengan karakter-karakter ke-Indonesia-an yang baik, sehingga masuknya budaya, masuknya arus finansial ke negara kita betul-betul bisa kita pagari anak-anak kita, jangan sampai terbawa oleh arus budaya negara lain, sehingga kita kehilangan karakter dan jati diri,” kata Presiden.
Untuk membangun karakter ke-Indonesia-an tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan 6 (enam) hal yang harus dilakukan. Pertama, mewajibkan anak-anak untuk mengikuti pendidikan ekstrakulikuler.
Kedua, merancang kegiatan sosial kemasyarakatan untuk menumbuhkan, membangun, dan memupuk rasa sosial budaya bagi anak-anak yang saat ini sudah mulai dilupakan.
“Misalnya, mengunjungi panti jompo, supaya anak-anak kita ada rasa sosial. Kemudian bersih-bersih kampung di sekitar sekolah, supaya anak memiliki rasa sosial budaya terhadap lingkungannya,” kata Presiden mencontohkan.
Yang ketiga, lanjut Presiden, jika di luar negeri ada program overseas experience untuk mengenalkan negara lain kepada anak usia sekolah, maka di Indonesia anak-anak diajak ke provinsi lain untuk mengenal saudara-saudara mereka di provinsi tersebut.
“Ini akan baik untuk kebhinnekaan kita, untuk keragaman kita, dan memperkaya wawasan anak-anak kita bahwa mereka tidak hanya ngerti di kabupatennya atau kotanya masing-masing, ini penting sekali,” kata Presiden seraya mengingatkan, bahwa tujuannya bukan untuk mengajak ke tempat-tempat wisata.
Keempat, mengingatkan kebhinnekaan melalui lagu Indonesia Raya maupun pembacaan Pancasila setiap harinya di sekolah.
“Sebelum pelajaran, tolong anak-anak kita ini diajak untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian Pancasila, selalu setiap hari diingatkan itu,” kata Presiden Joko Widodo.
Hal tersebut perlu terus diingatkan karena Indonesia memiliki keragamaan dengan lebih dari 700 suku dan 1.100 lebih bahasa lokal. “Kebhinnekaan seperti ini yang perlu kita ingatkan kepada anak-anak, sehingga Indonesia Raya, Pancasila itu perlu setiap hari kita ingatkan kepada anak-anak kita,” ujar Presiden menegaskan.
Kelima, Presiden meminta lomba-lomba untuk anak-anak di setiap kecamatan maupun kabupaten/kota digiatkan kembali. “Mungkin sekarang anak-anak kita yang lebih modern bisa saja lomba membikin video, lomba membikinblog, menulis dalam blog, lomba membikin aplikasi-aplikasi. Saya kira banyak sekali lomba di tingkat kecamatan, tingkat kabupaten yang bisa kita lakukan” kata Presiden seraya menceritakan semasa dirinya masih kecil, ada lomba olahraga atau melukis di setiap kecamatan dan kota saat libur sekolah.
Terakhir, Presiden Jokowi menekankan pentingnya penguasaan dan pengenalan dini teknologi informasi bagi anak-anak. “Ajari mereka, misalnya di SD mengenai penggunaan microsoft excel, microsoft word, misalnya, ajarkan pada mereka. Karena apapun ini ke depan akan sangat berguna bagi anak didik kita,” kata Presiden.
Presiden juga mengingatkan untuk memberikan perhatian yang sangat serius terhadap perkembangan media sosial, yang sekarang ini begitu dekat dan nyata pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya ingin apa yang saya sampaikan tadi dirumuskan dalam sebuah pemikiran yang lebih komprehensif,” pungkas Presiden Jokowi seraya mengingatkan agar anggaran pendidikan tahun 2017 yang sangat besar, lebih dari Rp400 triliun ini, untuk digunakan tepat sasaran.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Menko PMK Puan Maharani, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Yohanna Yembise, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono. (ES/SI)