Suara Indonesia News – Jakarta. Pengetahuan masyarakat awam seputar pencegahan dan pengobatan tentang penyakit ginjal sangatlah penting untuk ditingkatkan, khususnya bagi mahasiswa. Mahasiswa yang merupakan asset bangsa sebagai regenerasi yang akan datang, tidak cukup hanya memiliki mental dan akal yang sehat. Mereka harus memiliki kesehatan tubuh, khususnya kesehatan ginjal. Sebab jika fungsi ginjal sudah menurun, hal ini akan menjadi ancaman besar bagi masa depan generasi bangsa ini.
Oleh karena itu Yayasan Ginjal Indonesia (YAGIN) pada Webinar Series Chapter III dalam rangka HUT ke-5 YAGIN mengusung tema “Peran dan Partisipasi Kritis Mahasiswa (PPKM): Edukasi Pencegahan Gagal Ginjal Sejak Dini”. Acara tersebut berlangsung secara virtual menggunakan aplikasi Zoom Meeting pada Rabu siang (15/09/2021).
“Dalam webinar kali ini, Yagin menggandeng organisasi kemahasiswaan Kopri Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sebagai mitra Yagin, Hal itu dilakukan sebagai awal dalam membangun kerjasama, untuk mensosialisasikan kesehatan ginjal seputar pencegahan dan pengobatan kepada masyarakat umum dan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi Kopri PMII” terang Syaihul Hadi, Ketua Yayasan Ginjal Indonesia dalam sambutannya.
Dalam opening speechnya, Ketua Umum Kopri PB PMII, Maya Muizatil Lutfillah, menyampaikan bahwa, anak-anak adalah regenerasi masa depan yang memiliki banyak cita-cita dan akan menjadi penerus kita semua. Mudah-mudahan sahabat-sahabati Kopri PMII se-Indonesia, di bawah Ketua Bidang Kesehatan dan Penanggulangan Narkoba, Siti Salma, bisa terus ikut andil dan mengambil peran dalam membantu adek-adek pasien gagal ginjal bersama Yayasan Ginjal Indonesia.
“Mudah-mudahan kita senantiasa berkolaborasi dan bersinergi, dan tidak berhenti di titik ini. Tentu ini suatu kebanggaan diajak bekerjasama oleh Yayasan Ginjal Indonesia. Sejalan dengan prinsip Kopri PB PMII hari ini, kita berusaha banyak berbuat dan mengambil peran” jelas Ketua Kopri PB PMII.
Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Pengurus Besar NU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. MA sebagai Keynote Speaker. Kiai Said mendorong kepedulian kita, khususnya mahasiswa yang tergabung dalam Kopri PMII yang merupakan basis generasi perempuan muda NU, terhadap penderita gagal ginjal.
“Berjuang melawan gagal ginjal bagi pasien anak gagal ginjal, merupakan sebuah perjuangan hidup yang tidak mudah dijalani, dan harus penuh kesabaran. Penyakit gagal ginjal juga bukan penyakit yang biasa-biasa saja, penyakit kronis ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Sebab tidak hanya orang dewasa yang divonis penyakit ginjal kronis, melainkan juga anak-anak usia dini. Mari kita berikan semangat kepada pasien anak-anak gagal ginjal” kata Ketua Umum PB NU kepada peserta webinar.
Selain itu webinar diisi dengan diskusi bersama dr. Henny Adriani Puspitasari, Sp.A, Divisi Nefrologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM dengan topik “Mengenal Istilah Gagal Ginjal dan Metode Pencegahannya Sejak Dini”, sebagai narasumber pertama.
Menurut dokter Henny, gejala gagal ginjal diantaranya bengkak, hipertensi, oliguria—jumlah kencingnya sedikit dari biasanya, dan beberapa gejala lainnya. Sedangkan pencegahan gagal ginjal ada pencegahan primer, sekunder dan tersier. Terutama pencegahan primer, kita bisa melakukan peningkatan awareness yaitu deteksi dini.
“Faktor resiko PGK yang dapat dicegah salah satunya pada bayi dengan berat lahir rendah, prematur, mempunyai riwayat gangguan saluran kemih dan lainnya” terangnya.
Diskusi dilanjutkan bersama pemateri kedua, dr. Muhammad Makky Zamzami MARS, Ketua Organisasi Pengurus Pusat ARSINU (Asosiasi Rumah Sakit NU) dengan topik “Peran Mahasiswa dalam Penyuluhan Tentang Penyakit Gagal Ginjal dan Upaya Pencegahannya pada Masyarakat”.
Dalam paparannya dokter Makky menyampaikan, fungsi ginjal lambat laun akan menurun. Kalau perilaku kebiasaan kita diulang-ulang seperti; menahan kencing, duduk terlalu lama, kurang tidur, terlalu banyak diet gula, soda, minuman alkohol dan rokok, sering minum obat dan lain-lain.
Dokter Makky berharap agar Kopri PMII, khususnya Kopri di daerah bisa menjadi (agent of change) perubahan perilaku untuk mencegah gagal ginjal. Dan sekaligus menjadi motivator diri sendiri, yaitu menjaga perilaku hidup sehat dan mencegah gagal ginjal. Dimulai dari keluarga terdekat, baru ke masyarakat. Lalu kita bisa menciptakan masyarakat sehat.
“Kopri bisa menjadi edukator dan menjelaskan kebiasaan-kebiasaan yang menurunkan fungsi gagal ginjal melalui media-media sosial atau secara langsung, terutama di lingkungan kopri itu sendiri” tambahnya.
Seperti diketahui acara HUT ke-5 Yayasan Ginjal Indonesia di gelar secara virtual dipandu disiarkan pada akun You Tube YAGIN TV. (GD)