Kisah Legenda Kampung Cimeong dan Cambuk Sakti Yuda Manggala

Kisah Legenda Kampung Cimeong dan Cambuk Sakti Yuda Manggala

819 views
0
SHARE
Foto Batu Meong.

Suara Indonesia News – Kuningan. Dikisahkan pada abad ke 15 masehi, usai Indonesia Merdeka, wilayah kampung/ dusun Cimeong Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu wilayah yang tergolong kampung yang masih dianggap primitif.

Dan kampung tersebut baru dihuni oleh 58 peduduk atau sekitar 12 kepala keluarga pada saat itu, hal tersebut dikisahkan oleh kepala desa Cilayung Danta Hidayat, ketika tiem media menelusuri jejak kampung Cimeong, rabu 24 februari 2021.

Menurut Kepala desa, pada masa belanda kembali lagi ke Indonesia, mereka membentuk sebuah organisasi yang bernama ” Apteling Kontrpoler”, maka, saat itulah wilayah dusun cimeong tersusun menjadi daerah otonom dan masyarakat mulai menjalani hidup yang berpedoman pada tata hidup yang lebih layak dan baik.

Setelah beberapa waktu, masyarakat kampung Cimeong menginginkan kampung tersebut dijadikan sebuah Desa, yang akan digabungkan dengan wilayah Ciendog dan Citikur. Dan saat itu diajukanlah permohonan untuk menjadi desa, ke Karesidenan Cirebon. Setelah disetujui, maka kampung Cimeong berubah  menjadi sebuah wilayah Desa dan saat itu kepala desa pertama bernama Yuda Manggala, ujar kades.

Dan pada saat Yuda Manggala melakukan perjalanan ke Luragung yang melintasi sungai besar, saat berjalan melintasi sungai, tiba tiba datang banjir besar dan susah untuk menyebrangi sungai. Lalu Yuda Manggala teringat akan pusaka yang berbentuk Cameti (pecut), kemudian cameti tersebut dicambukan ke sungai, maka terbelahlah Sungai tersebut sampai terlihat dasar sungai dan memudahkan untuk menyebrang sungai, setelah melintasi sungai airpun kembali menyatu seperti semula, maka dari sejak itu Yuda Manggala dijuluki nama Braja Sakti.

Sementara orang yang pertama kali datang di wilayah cimeong, bernama Buyut Saron atau dikenalnya dengan Buyut Rahong. Sedangkan Ibu Dari Yuda Manggala bernama Ningrum, dan ada juga tokoh yang bernama Braja Saat yang memiliki ibu bernama Ningsih.

Menurut Legenda, nama Kampung Cimeong tersebut berawal dari ditemukanya tiga buah batu dengan posisi berjejer yang  sedang diduduki oleh 3 ekor Meong (Kucing). Batu pertama diduduki oleh meong putih, dan menurut kepercayaan masyrakat Cimeong , meong putih itu merupakan titisan dari Siliwangi, yang bernama Jaga Buana, kedua Ujah Buana dan ketiga Sanga buana.

Dan nama  tokoh sesepuh saat itu yang mendapinginya bernama  Buyut Braja Saat, Buyut Braja Sakti Dan Eyang Panampan. Sedangkan wilayah kampung Cimeong terdapat 3 aliran sungai yang bernamai Sungai Cimeong, Sungai Ciawi dan Sungai dadap, ujarnya.

Sebagian masyarakat kampung cimeong masih menganut kepercaayaan (animisme) salah satunya adanya larangan untuk melakukan pagelaran wayang Golek di wilayah tersebut, karena menurut kepercayaan mereka, dapat menimbulkan suatu bencana, ujar kepala Desa Danta Hidayat ketika memaparkan sedikit kisah kampung Cimeong Desa Cilayung kepada media. (Sep/Rie/Di)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY