Suara Indonesia News – Konawe. Rombongan Tim Penilai Lomba Desa/Kelurahan Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), bertandang ke Kabupaten Konawe. Rombongan tersebut hadir dalam rangka melakukan penilaian dan evaluasi terhadap Desa Ulu Benua, Kecamatan Amonggedo, yang merupakan perwakilan dari Kabupaten Konawe. Minggu (9/07-2023)
Tim Penilai Lomba Desa/Kelurahan Tingkat Provinsi Sultra tersebut dipimpin langsung Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Sultra, I Gede Panca. Ia hadir bersama belasan anggota tim penilai dari berbagai latar belakang instansi Pemprov Sultra.
Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa (KSK) menyambut kedatangan rombongan Tim Penilai Lomba Desa/Kelurahan didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Ferdinand Sapan, Ketua Tim Penggerak PKK Titin Nurbaya Saranani, sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), camat dan para kepala desa se-Kecamatan Amonggedo.
Kepala Desa Ulu Benua, I Made Asa dalam pemaparannya menyampaikan, bahwa desanya terbentuk dari sejarah yang cukup panjang. Desa Ulu Benua terbentuk menjadi desa persiapan sejak tahun 1994 dan kemudian menjadi desa definitif pada tahun 2005. Desa yang mayoritas dihuni masyarakat Bali tersebut kemudian resmi mendapatkan kode wilayahnya pada tahun 2017.
“Secara historis, Desa Ulu Benua telah ada baik sebelum maupun setelah adanya program transmigrasi. Desa ini memiliki luas kurang lebih 550 hektar,” jelas I Made Asa.
Lanjut Kades, secara demografis Desa Ulu Benua tercatat memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.263 jiwa (data tahun 2022). Jumlah tersebut terbagi atas laki-laki 673 jiwa dan perempuan 590, dengan jumlah kepala keluarga mencapai 365.
“Di Ulu Benua, sektor unggulan masyarakatnya, yakni sektor pertanian yang menyumbang pendapatan Rp4,53 miliar dan perkebunan yang menyumbang pendapatan Rp480,3 juta. Pendapatan ini secara signifikan telah mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di Ulu Benua,” jelasnya.
Sekda Konawe Dr Ferdinand Sapan,SP,MH., saat memberikan sambutannya menerangkan, jumlah desa tertinggal di Konawe tahun 2021 mencapai 46 dan turun jadi 14 desa tahun 2022. Desa berkembang tahun 2021 sebanyak 245 desa dan meningkat jadi 251 desa tahun 2022. Kemudian, desa maju dari hanya 3 pada tahun 2021 menjadi 26 desa pada tahun 2022.
Sekda Konawe juga mengungkapkan, pihaknya telah membaca laporan penelitian terkait dampak lomba desa terhadap peningkatan kualitas pengelolaan pemerintah desa. Hasilnya, cukup mencengangkan karena dijelaskan bahwa kelemahan aparat desa ialah tidak mengerti tupoksinya.
“Kelemahan ini yang akan terus kita dorong, sehingga pelayanan di pemerintah desa bisa lebih maksinal ke depannya,” terang Ferdinand Sapan.
Selanjutnya, Kepala DPMD Sultra, I Gede Panca mengaku, ketika bertandang ke Ulu Benua dirinya serasa pulang kampung. Ia juga bangga ketika dirinya dan tim disambut dengan tari penyambutan khas Tolaki dan Bali, yang menurutnya adalah kolaborasi budaya yang luar biasa.
“Saya lihat pemerintahan di desa ini luar biasa dan tentu ini tidak lepas dari binaan langsung dari Bupati Konawe. Kami akan melakukan penilaian seobyektif mungkin dan semoga Ulu Benua bisa jadi yang terbaik,” ujarnya.
I Gede Panca juga mengungkapkan, mulai Agustus mendatang, seluruh aparatur desa akan mengikuti pelatihan. Konawe menjadi salah sasaran dari program tersebut.
“Nanti akan ada 8000 aparatur desa yang akan ikut pelatihan secara bertahap guna meningkatkat kualitas pengelolaan pemerintah desa,” jelasnya.
Sambutan penutup disampaikan langsung Bupati KSK. Bupati dua periode tersebut percaya bahwa tim penilai akan benar-benar objektif dalam menjalankan tugasnya.
“Karena saya yakin kalau penilaiannya objektif, Desa Ulu Benua seharusnya sudah jadi juara dan jadi perwakilan Sultra ke tingkat provinsi,” tegas KSK disambut tepuk tangan riuh hadirin.
KSK mengaku sangat optimis dengan keikutsertaan Desa Ulu Benua pada lomba kali ini. Ia melihat jika pemerintah Desa Ulu Benua telah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik di bawah binaan langsung Pemkab Konawe. (Red SI/Rls)