Suara Indonesia News – Aceh. Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan mengurangi alokasi subsidinya, sejak ditetapkan kemarin oleh Pemerintah. Semakin banyak mendapat respon, mulai dari aksi demonstrasi mahasiswa di berbagai daerah yang memblokade jalan dengan harapan aspirasinya dapat di dengar. Hal ini juga menjadi perhatian khusus para akademisi.
“Karena sekarang kan masyarakat lagi membenahi ekonominya, dimana masyarakat saat ini baru dari pandemi Covid19 dan pandemi ini belum betul-betul hilang sepenuhnya. Sehingga sekarang ini masyarakat masih dalam tahap recovery, baik ekonomi, kesehatan dan harusnya hal ini yang disupport oleh pemerintah bukan malah menaikkan BBM,” terang Rizki Senin, 5 September 2022.
Menurut Juru Bicara Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh Rizki Maulizar itu, menerangkan ada dampak signifikan yang berdampak langsung dengan masyarakat.
“Dengan Kenaikan harga BBM ini tentu untuk masyarakat yang susah akan tambah susah, karena harga yang ada kan itu naik, jadi dengan kenaikan harga BBM ini bahka baru diwacanakan akan naik harga BBM, harga-harga sudah naik duluan seperti Sembako, telur dan bahan pokok lainnya,” ujar Rizki
Sehingga hal ini menganggap berdasarkan analisisnya masyarakat akan semakin kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya, yang berdampak juga pada akses pendidikan anak terhambat karena ekonomi.
“Apalagi sekarang ini tahun ajaran baru mahasiswa baru masuk, jadi yang anaknya kuliah ini memiliki tambahan beban, kemudian dua bulan lalu anak seekolah barru masuk. Hal ini menjadi beban ekonomi keluarga,” terangnya
Lebih jauh, Rizki menekankan, harusnya kenaikn harga BBM tidak dilakukan, kalaupu pun mau mncabut subsidi harus dilihat di sektor lain karena setiap kenaikan BBM ini memmpengaruhi harga lainnya. Harusnya dilihat, misalnya ada project yang dianggap tidak produktif harusnya projek itu yang tidak dilanjutkan atau hal lainnya yang tidak berdampak langsung kepada masyarakat
“Kenaikan harga bahan pokok adalah dampak paling signifikan yang ditimbulkan dari kejadian ini, misalnya saja yah telur yang dapat dibeli dengan harga Rp. 30.000 sekarang kita beli Rp. 60.000 belum minyak dan bahan lainnnya,” sebutnya.
Tak hanya itu, Rizki Maulizar juga meresahkan soal psikologi masyarakat dalam menghadapi penyesuaian harga yang dianggapnya lahir tanpa solusi.
“Hal tersebuti akan membuat masyarakat resah dan frustasi dan juga berpotensi menambah angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Karena kebijakan ini diproduksi tanpa diikuti solusi, Seandainya diikuti solusi dengan pembukaan lapangan kerja yang luas atau kenaikan gaji, mungki dampak tidak akan begitu berdampak,” Tutupnya Rizki. (Rls)