Suara Indonesia News – Banda Aceh. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Sulthan Alfaraby ikut menanggapi terkait kasus pelanggaran syariat Islam di Kota Banda Aceh dan membahas kinerja Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, S.E., Ak., M.M. terkait tindakan membenahi pelanggaran syariat Islam di Kota Banda Aceh, Senin (16/11/2020).
Menurut mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan sosial ini, peran bersama dalam menjaga generasi-generasi Aceh dari pelanggaran syariat Islam merupakan suatu hal yang penting, terkhususnya generasi muda.
“Selaku mahasiswa di Tanah Rencong Aceh yang kita banggakan ini, terutama di Kota Banda, kita tentunya menginginkan Banda Aceh yang yang bebas dari pelaku pelanggaran syariat Islam. Selain itu, kita tentunya harus menjaga generasi-generasi kita agar tidak terjerumus dalam pelanggaran syariat Islam, terkhususnya generasi muda. Karena jika generasi yang muda saja tidak sanggup kita didik, maka bagaimana dengan generasi setelah itu? Jangan sampai lebih anjlok”, tandasnya saat berdiskusi.
Menurut Sulthan Alfaraby, Pemerintah Kota Banda Aceh sudah berada di posisi yang tepat dalam menindak pelanggaran syariat Islam, hal ini dibuktikan dengan beberapa kasus pelanggaran syariat yang cepat ditanggapi dan ditindak.
“Kita harus akui, Pemerintah Kota Kota Banda Aceh yang kini dinakhodai oleh Bapak Aminullah Usman sudah berada di posisi yang tepat, yakni menindak tegas dan cepat pelanggar syariat Islam. Hal ini terbukti, misalnya penindakan kasus para perempuan-perempuan gowes yang viral waktu lalu misalnya. Kita apresiasi, karena dengan sigap kasus tersebut ditindak. Tentunya untuk saling menjaga syariat Islam di Kota Banda Aceh, dalam hal ini haruslah semua harus bersinergi dan didukung oleh semua pihak. Peran media massa dan laporan masyarakat sangat penting menurut saya”, tambahnya.
Sulthan menambahkan, kritikan yang dibarengi dengan solusi akan lebih baik dibandingkan dengan teriak-teriak kosong. Jangan sampai, ketika ada kasus pelanggaran syariat Islam malah lebih suka mengkritik kesalahan personal ketimbang mencari solusi yang kongkrit bersama-sama. Bahkan, Sulthan juga menyebut bahwa beliau khawatir jika ada yang mengkritik pelanggaran syariat Islam tapi masih hobi main permainan “Chip” di smartphone.
“Kritikan itu perlu untuk membangun kualitas kinerja pemerintahan dan membenahi kesalahan. Namun jika dibarengi dengan mencari solusi bersama akan lebih baik lagi, dibandingkan hanya teriak-teriak kosong tanpa ‘nyali’. Marilah kita semua lebih ‘bernyali’, dalam artian yaitu semangat mendukung dan bersinergi memberantas pelanggar syariat Islam di Aceh, terkhususnya di Kota Banda Aceh. Janganlah misalnya, kita suka mengkritik kasus tapi lebih fokus mencari kesalahan personal tanpa dibarengi dengan intropeksi diri sendiri dan solusi, apakah kita sudah memberikan sumbangsih nyata untuk mencari solusi atau malah belum sama sekali. Padahal, kita semua merupakan bagian dari satu kesatuan stakeholder. Saya bahkan lebih khawatir, jika ada yang hobi mengkritik tapi masih hobi main game chip di smartphone”, tutup pencetus Aceh Lawyers Club 2020 ini. (ST)