Suara Indonesia News – Banda Aceh, Terkait kejanggalan yang terdapat di salah satu universitas ternama dan berstatus Negeri di Aceh, aktivis mahasiswa Sulthan Alfaraby secara resmi melayangkan surat laporan ke Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI), melalui surat elektronik dan jasa ekspedisi, Rabu (15/01/2020).
Alfaraby membenarkan bahwa surat tersebut dilayangkan akibat pihaknya merasa banyak kejanggalan serta ada laporan dari para mahasiswa dalam mengadvokasi berbagai permasalahan di salah satu universitas di Aceh, tetapi nama kampus yang dimaksud tidak bisa beliau beberkan sekarang karena sedang menunggu pihak KPK RI untuk memproses lebih lanjut.
“Benar surat telah dikirim. Setiap universitas pasti ada masalah, tapi ini masalahnya sudah terlalu besar. Salah satunya hal ini menyangkut tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mahal dan tidak sebanding dengan apa yang didapatkan, seperti fasilitas tidak memadai dan hak-hak mahasiswa lainnya. Bukan sekali atau dua kali ini, tapi berkali-kali sudah pernah dan bosan untuk disampaikan bahwa hak-hak mahasiswa harus direalisasikan. Kasihan juga yang orang tuanya kerja banting tulang, anaknya malah dikerjain di universitas, apalagi statusnya negeri. Jahat gak? “, ujarnya.
Dalam surat laporan tersebut, Alfaraby mengatakan bahwa beliau sudah melaporkan salah satu nama universitas dan juga banyak hal yang menurut beliau janggal dan tidak seharusnya dibiarkan, seperti fasilitas tidak memadai, indikasi KKN, serta banyak masalah-masalah lainnya. Hal ini dilakukan agar KPK RI bisa melakukan pendataan dan pemeriksaan secepatnya terhadap universitas yang tercantum dalam surat laporan yang berjumlah 2 lembar halaman.
“Mohon maaf nama (kampus) tidak boleh dipublikasi dahulu, karena biarkan saja KPK RI yang menanggapi laporan tersebut. Kami tidak menuduh, tapi kami merasa banyaknya kejanggalan terkait fasilitas dan juga masalah dari beberapa pimpinan kampus serta masalah-masalah lainnya. Hal ini dilakukan supaya kampus terbebas dari yang namanya indikasi kolusi, korupsi dan nepotisme serta hal merugikan lainnya. Kami cinta kampus kami dan tidak akan kami biarkan kampus dikotori,” tambahnya.
Terakhir, beliau berharap agar seluruh kampus jangan menjadikan instansi pendidikan sebagai ladang uang serta harus menghargai para mahasiswa. Karena menurutnya, jika tanpa mahasiswa maka kampus tidak akan pernah menjadi sukses dan dikenal.
“Rata-rata ada yang bayar UKT mahal tiap semester, tapi fasilitasnya sangatlah tidak layak. Saya jadi bingung, itu kampus atau bagaimana, niat atau tidak berdiri sebagai universitas, siapkah untuk maju? Harusnya kampus, apalagi yang berstatus negeri, haruslah menghargai dan memenuhi hak mahasiswa. Tanpa mahasiswa yang berkontribusi dan membayar uang kuliah, maka kampus tidak akan pernah sukses dan hebat. Janganlah instansi pendidikan dijadikan juga sebagai ladang keuangan keluarga dan ladang permainan politik kotor. Saya berharap hal ini bisa segera tertuntaskan”, tutupnya. (Sulthan)