Oleh : HAMMA,S.Sy Alumnus Fakultas Syariah, Konsultan Hukum/Pengacara/Advokat.
Jum’at, 17 Desember 2021 M/ 13 Jumadil awal 1443 H
Suara Indonesia News. Mengutip dari sebuah cerita yakni” Abu Hurairah r.a. beliau salah satu sahabat Nabi yang dikenal dengan yang paling banyak meriwayatkan hadits dengan total mencapai 5.374 buah, pernah bercerita: Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati setumpuk makanan. Selanjutnya, beliau berinisiatif memasukkan tangan ke dalamnya.
Syahdah, beliau menyentuh atau mendapati sesuatu yang basah di dalamnya. Melihat kejadian ini, beliau bertanya :
مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ؟
“Wahai pemilik makanan! Apa ini?” Beliaupun menegurnya kenapa sesuatu yang basah itu tidak diletakkan di luar saja sehingga bisa dilihat oleh orang yang mau membelinya.
Sehingga Nabi Saw, menegaskan:
مَنْ غَشَّ ، فَلَيْسَ مِنِّي
“Siapa yang curang ia bukan bagian dari diriku.” (HR. Muslim)
Karena Hasil dari kecurangan Yang Terstruktur akan melahirkan dosa massal.
Mari bertobat sebelum kematian menjemput…!!!
Olehnya itu marilah disegala aktivitas kita untuk senantiasa berlaku adil, jujur, dan jangan mencurangi…Karena Boleh jadi kecurangan itu kita anggap sepele didunia, namun disisin Tuhan sangat merendahkan derajat kita selaku hamba.
Mungkin didunia ini kita masih bisa berteka-teki, bersandiwara, mengelak dari segala bentuk manipulasi, tidak adil, curang, dll… tapi ingat…?? dihadapan Allah Swt, semuanya kita akan pertanggung jawabkan perbuatan tersebut.
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (Al-Muddassir Ayat 38)
Kebenaran firman Allah Swt, tidak boleh diragukan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Karena didalam Alqur’an itu sama sekali tidak ada keraguan-keraguan didalamnya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Olehnya itu jika kita tidak Mampu berlaku adil kepada orang lain, cukuplah Keadilan Itu Pada Dirimu Sendiri.
Karena Karakter itu sangat erat kaitannya dengan hati.
Sehingga orang yang hatinya bersih, maka akan terlihat karakter kebaikan-kebaikan kepadanya. Akan nampak jiwa-jiwa pejuang dalam kehidupannya, jauh dari sifat-sifat kemunafikan, penghianat, penjilat jabatan dan curang
Untuk menciptakan Idealisme Jati diri harus butuh Keseimbangan rasa, bukan hanya sekedar mengejar materi semata, sehingga mengorbankan nilai-nilai reputasi dalam diri dan orang lain.
Perlu dipahami Jatah untuk hidup kita didunia ini sudah ditentukan oleh Allah swt, maka dari itu janganlah kita melampaui batas karena sesungguhnya Allah swt, tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, termasuk berdusta dan curang.
“Semoga dengan tulisan yang sederhana ini mampu menggugah hati kita, untuk kembali kepada fitrah kesucian, melatih jiwa kita untuk senantiasa mencintai keadilan, kejujuran dan jauh dari kecurangan dan manipulasi dalam segala bentuk persoalan”.