Suara Indonesia News – Kuningan. Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM) Inovasi Mandiri bekerjasama dengan pemerintah Desa Kertayasa, Kecamatan Sindangagung, mengembangkan pengelolaan sampah menjadi sektor produktif melalui pelatihan budidaya maggot.
“Metote ini dinilai paling banyak memberikan manfaat dan relatif mudah diimplementasikan,” kata Kepala Bidang Dikmas Disdik, Elon Carlan pada pembukaan pelatihan budidaya maggot di Desa Kertayasa, Senin, 24/5/21.
Menurutnya, pelatihan budidaya maggot merupakan bagian dari program pengelolaan sampah organik agar menjadi berkah, mengandung unsur pemberdayaan, edukasi dan menghasilkan ekonomi bagi masyarakat.
“Mungkin masyarakat banyak yang belum mengetahui, apa itu maggot. Kenapa PKBM dan Pemdes Kertayasa menggunakannya untuk pengelolaan sampah? Bagaimana cara mendapatkan maggot?,” katanya.
Praktisi formulator Pertanian, Sulistyo dalam paparan materinya menyatakan, Sampah merupakan sumberdaya terbaharukan yang memiliki potensi dalam aspek tatakelola lingkungan juga bernilai ekonomi tinggi pada persoalan pemenuhan kebutuhan pangan keluarga (budidaya pertanian, peternakan dan perikanan).
Kuningan sebagai kabupaten konservasi sudah semestinya fokus dan mulai melakukan pengelolaan sampah dari hulu sumber sampah, baik sekala rumah tangga maupun sekala komunal desa.
“Maka budidaya magot adalah salah satu solusi pengolahan sampah organik yg berefek multidimensional,” kata Sulistyo.
Sedangkan Kepala Desa Kertayasa, Arief Amarudin sebagai pemateri teknis budidaya maggot memberikan penjelasan, bahwa maggot atau belatung merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF.
Meskipun keluarga lalat, namun ukuran BSF yang dikenal sebagai lalat tentara ini, lebih panjang dan besar, namun BSF tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia.
“Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya manggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik,” katanya.
Selain bermanfaat untuk mereduksi sampah organik, maggot pun mempunyai nilai ekonomis, yaitu bisa menjadi sumber pakan ternak dan menjadi pupuk. Maggot mengandung protein tinggi dan kandungan gizi yang baik untuk pakan ikan dan unggas. Maggot memiliki kadar protein sekitar 45% jika dalam keadaan utuh, sedangkan jika dijadikan pelet kadar proteinnya antara 30% sampai 40%.
“Alhamdulillah di Desa Kertayasa sudah mulai berkembang pelaku budidaya maggot dan pada pelatihan hari ini di ikuti oleh 30 peserta dari desa kertayasa dan berbagai desa di Kuningan,” pungkasnya. (Sep/ri)