Suara Indonesia News – Jakarta. Rapindo Hutagalung, Pemerhati Sosial yang juga aktivis Gerakan Alumni Universitas Indonesia (UI) for NKRI mengatakan, Covid-19 sudah berjalan 8 bulan, dan tidak terlihat tanda-tanda penurunan jumlah terinfeksi secara signifikan. Malah katanya, cenderung terus bertambah dan perlu penanganan yang lebih serius.
“Setelah tiga bulan berjalannya Covid-19, Pemerintah (melalui Gugus Tugas) sudah mencanangkan adaptasi kebiasaan baru (new normal). Namun konsep New Normal tidak diedukasi secara strategis dan masif kepada masyarakat, dan belum terkontrol dengan baik,” kata Rapindo sapaan akrab ini, Minggu (25/10/2020) di Jakarta.
Menurutnya, alhasil, seperti yang kita lihat sekarang, peningkatan satu-satunya yang terjadi adalah peningkatan drastis angka-angka yang terinfeksi. Program pusat ini pun hanya berhenti di pusat; tidak diteruskan oleh pemerintah provinsi/daerah dengan serius.
“Padahal seharusnya ini menjadi langkah awal pencegahan per wilayah. Berjalan waktu pun, sepertinya pemerintah lebih disibukkan dengan penanganan kasus yang terus bertambah. Akhirnya konsep pencegahan yang bagus tidak dikerjakan dengan baik,” ungkap Rapindo yang juga Alumni Pangudi Luhur (PL) Ber-SATU ini,
Dia mengtakan, akhir bulan Juli lalu dirinya secara pribadi sudah berteriak ke BNPB untuk melakukan kampanye adaptasi kebiasaan baru secara masif dan strategis. Sebab hal ini, merupakan cara untuk mengedukasi publik demi menghambat laju pertumbuhan sebaran Covid.
“Selama kampanye Pilpres/Pilkada, kita banyak melihat banner di lokasi strategis agar rakyat tahu siapa yang sebaiknya dipilih; mengapa hal yang sama tidak kita lakukan dengan Covid? Euforia banner saat Pilkada seharusnya bisa (dan harus) menjadi euforia yang sama saat ini, ketika bangsa sedang berperang melawan Covid,” sindir Rapindo.
Bahkan katanya, tiga bulan berlalu, tetap tidak ada respon positif atas gagasan kampanye masif. Belakangan ini memang terlihat iklan di TV, tetapi itu sangat minim.
“Namun masyarakat, terutama di kota besar, terlalu sedikit jumlah orang yang memandangi televisi. Seharusnya gagasan yang paling efektif adalah dilakukannya kampanye di ruang publik dan edukasi secara personal (keterlibatan pengurus RT/RW di wilayahnya) dan melibatkan ormas-ormas,” tukas Rapindo.
Ia menyerukan, ayo lakukan sekarang, belanja propaganda edukasi adaptasi kebiasaan baru di ruang publik (dan juga di tingkatan mikro). Selain itu tentu, sikap tegas pemerintah dalam penegakkan disiplin harus ketat. Baik itu sanksi, regulasi ruang publik dan penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat cuci tangan dan hand sanitizer yang seharusnya menjadi standar sanitasi umum.
“Transportasi umum, pembatasan jumlah orang dalam ruang umum, pasar, gedung perkantoran; semuanya harus ketat dijaga. Itu yang harus kita kerjakan bersama,” terang Rapindo mengingatkan.
Terakhir katanya, apabila mampu membelanjakan citra politik, ayo belanjakan keamanan dan kesehatan masyarakat dalam fasilitas sosial ini mencegah penyebaran pandemi Covid-19. Dimana musuh bersama kita sekarang adalah Covid-19, maka kerjasama semua pihak, termasuk pihak swasta pun harus dilibatkan.
Ia mengutarakan, memang vaksin terhadap virus ini belum bisa digunakan. Tetapi seharusnya penanganan pencegahan dan laporan evaluasi berkala terhadap giat pencegahan ini harus dilakukan. Sebab hal ini bisa menghambat laju pertumbuhan jika dilakukan mulai sekarang.
“Tiga bulan sudah terbuang. Sebelum 2020 yang melayang hilang bertambah, ayo sekarang kita kerjakan,” pungkas Rapindo mengajak masyarakat peduli penanganan Covid-19. (Red)
Penulis: RB. Syafrudin Budiman SIP
Foto: Rapindo Hutagalung (Dok Pribadi)