Suara Indonesia News — Bangka Belitung. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kini tengah melaksanakan program padat karya melalui penanaman mangrove dengan melibatkan Kelompok Tani Hutan.
Di Bangka Belitung program yang ditargetkan mampu menggerakan ekonomi masyarakat di era pandemi Covid 19, telah berlangsung sejak awal bulan oktober diawali dengan penyiapan kayu ajir dan kayu larikan serta kegiatan penyediaan bibit mangrove.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Lahan, Baturusa Cerucuk, Bangka Belitung, Ir Tekstianto MP, saat di jumpai awak mengatakan, sedikitnya 500 hektar kawasan mangrove di pesisir Bangka Belitung, telah menjadi target dalam program ini.
Setidaknya ada sekitar 1000 masyarakat yang terlibat langsung dalam program di empat kabupaten, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur. Mereka sebagian besar adalah kalangan nelayan dan masyarakat pesisir, yang terlibat dalam penyiapan bibit yang tergabung dalam 37 kelompok tani hutan.
Khusus dalam penyiapan bibit sulaman, kata Tekstiyanto, kelompok tani dianjurkan memanfaatkan gelas plastik bekas, ketimbang polybag semai.
” Dengan demikian kita berharap, melalui kegiatan ini, kita dapat memanfaatkan sampah plastik yang tersebar dibanyak tempat,”ujarnya.
” Karena disebagian wilayah Bangka Belitung ini, air laut kering malam, maka ada sebagian kelompok tani, melakukan penanaman pada malam hari,” ungkap Tekstiyanto lagi.
Dia mencontohkan, penanaman yang dilakukan sejumlah kelompok tani hutan di Pantai Mudong, Belitung Timur.
” Lantaran air kering malam antara pukul 9 hingga pukul 3 dini hari, hingga mereka terpaksa melakukan penanaman dan pemasangan kayu ajir malam hari.”
Saat awak media menemui Fajar,ketua kelopak
KTH ( Kelompok Tani Hutan ) Kerangas Mudong Lestari, Desa Selingsing Kecamatan Gantung, menjelaskan salah satu kelompok yang melakukan penyulaman dan pemasangan Alat pemecah ombak pada malam hari. Kondisi ini dilakukan karena pada siang hari air laut tengah pasang tinggi, dan kondisi seperti ini menurut Fajar, diperkirakan akan berlangsung sampai akhir bulan Desember 2020.
Sementara target penanaman ini harus selesai paling lambat pertengahan Desember. ” Mengingat waktu penanaman yang sangat terbatas, maka tidak pilihan lain kecuali melakukan penanaman pada malam hari,” ujarnya.
Saat awak media konfirmasi langsung dengan salah satu Wakil ketua kelompok Kelompok Tani Hutan, IIL yg terlibat langsung dengan kegiatan Program penanaman mangrove ini, mengatakan kami masyarakat sangat merespon positif dengan kegiatan dan program dari kementerian KLHK melalui Dinas BPDAS ( Balai pengendalian Daerah Aliran Sungai ) dan banyak masyarakat. Mereka yang sehari harinya beraktivitas mencari ikan dan di situsi kondisi pandemi harga ikan murah dan sulit untuk menjualnya.
” Kalau melaut itu, belum tentu dapat ikan, kalau pun dapat murah harganya, tapi paling satu atau dua kilo yang nilainya kecil, terlebih disaat harga ikan yang murah seperti sekarang ini,” ungkap IIL, wakil ketua kelompok. (Tarmizi Yazid — BABEL)