Refleksi dan Instruksi Bupati Aceh Singkil 2021 Vs Target Minimal 70 %...

Refleksi dan Instruksi Bupati Aceh Singkil 2021 Vs Target Minimal 70 % Vaksinasi di Tahun Baru 2022

347 views
0
SHARE

Oleh : Drs. L.Kabeakan.

Suara Indonesia News. Tidak terasa Tahun 2021 akan  berganti menuju Tahun baru 2022, Perayaan tahun baru biasanya diperingati dengan pesta besar dengan serangkaian acara khusus yang dilakukan berbagai pihak. Acara spektakuler dengan pesta kembang api di berbagai pelosok negeri biasanya disiapkan secara khusus untuk menandai berakhirnya tahun 2021dan datangnya tahun baru 2022.

Pusat-pusat keramaian di kota, hotel-hotel, pantai, kawasan wisata, dan tempat hiburan biasanya dijadikan titik simpul masyarakat merayakan detik-detik pergantian tahun. Dana miliaran rupiah dihabiskan sekedar untuk menyambut malam tahun baru itu. Belum lagi korban yang berjatuhan dalam rangka peringatan tersebut.

Tapi di Aceh Singkil dalam menyambut tahun baru Pemerintah merefleksikan dan mengintruksikan seluruh PNS tidak libur dan keluar kota dengan tujuan untuk mencapai target Pencapaian Vaksinasi Minimal 70 Persen sebelum Berakhirnya tahun 2021. Hal itu harus di dukung semua pihak terutama para kepala Dinas beserta perangkatnya jangan bersandiwara dengan menganggap remeh Intruksi Bupati tersebut. Demikian juga seluruh PNS harus bahu membahu mendukung Bupati untuk merealisasikan Pencapaian Vaksinasi Minimal 70 Persen sebelum Tahun baru 2022 datang.

Dan sebaliknya Bupati juga Sekda harus tegas namun tetap humanis terutama terhadap tenaga Kesehatan Yang merupakan ujung tombak pelaksanaan Vaksinasi ini dengan memberikan Insentip dua kali lipat dengan cepat dan jangan di tunda tunda. Kemudian Puskesmas yang Pencapaian Vaksinasinya paling tinggi di beri penghargaan mulai dari Kepala Puskesmas nya beserta jajarannya.

dan di bagian lain yang perlu di lakukan Menjalin Sinergitss dengan Pemimpin pemimpin pondok pesantren, Ulama juga tokoh agama dan tokoh adat..kemudian menggandeng Ibu ibu perwiritan.yang di gagas oleh Ibu PKK dari Pemkab. Dan bagi Perwiriran yang Desanya mampu mengajak Masyarakat Di vaksin Minimal 70 persen. Sebelum tahun baru 2022 datang. Berikan reward berupa dana Pembinaan.

Kalau Sinergitas antara Pemda, Kepolisian dan TNI tidak di ragukan lagi dan hal itu terus di pertahankan.

Mengapa menjelang tahun baru dijadikan titik refleksi masa lalu, masa kini, dan masa depan? Padahal setiap hari selalu terjadi fase masa lalu setelah kita melewati sesuatu, masa kini setiap kita berpikir saat itu, masa depan ketika kita berpikir nanti.

Menunda refleksi berarti sama saja menjadikan refleksi tak bermakna karena kita hanya bisa memahami masa lalu. Tak dapat mencegah penyimpangan sedini mungkin. Menunda refleksi hanya akan menghasilkan makna parsial yang tak memiliki ruh. Hal ini berbeda dengan refleksi setiap waktu yang akhirnya akan membentuk sebuah visi ke depan dan kebijakan yang di lakukan Pemerintah Aceh Singkil, mulai dari Bupati beserta jajarannya untuk tidak berlibur apalagi keluar daerah dalam menyambut tahun baru 2022 ini patut di apresiasi dan di dukung semua pihak.

Dan jangan heran tahun baru hanyalah sekedar simbolisme semata. Simbolisme tahun baru hanya akan membawa kita kepada kehancuran karena kita tidak mampu memaknainya dengan benar. Apalagi waktu 1 tahun adalah waktu yang sangat panjang yang telah disediakan yang Maha Kuasa bagi kita untuk diisi dengan sebaik-baiknya.

Waktu itu laksana air yang mengalir ke hilir yang tak pernah lagi kembali ke hulu. Waktu juga laksana anak panah yang terlepas dari busurnya yang juga tak akan pernah kembali. Kadang ia membangkitkan gairah dan semangat. Kadang ia memperdaya kita.

Kadang kita tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya. Oleh karenanya kita harus menghargai dan mengaplikasikan Instruksi Bupati untuk mencapai target Vaksinasi minimal 70 Persen sebelum masuk tahun baru 2022. Dan itu semua demi keselamatan kita memutus rantai Covid 19 di Daerah yang kita cintai ini, mari hargai  setiap kesempatan yang ditawarkan sang waktu sebelum ditarik dari kita karena kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya.

Tahun baru selalu identik dengan kata “pesta pora”. Setiap pergantian tahun masyarakat di seluruh dunia selalu menantinya dengan perasaan berbeda. Tak terkecuali di Aceh Singkil Ada pesta meriah dengan sajian musik spesial, pesta pora di pantai-pantai sepanjang malam, makan-makan, minum-minum, dan bahkan hingga yang paling brutal yaitu pesta narkoba dan pesta seks.

Tak terekam sedikit pun dalam setiap kegiatan tahun baru yang digelar, refleksi masa lalu dengan menginventarisir segala bentuk perbuatan, tindakan, dan keputusan yang pernah diambil untuk dijadikan refleksi menuju tahun depan yang lebih baik lagi.

Yang ada hanya “pesta” dan menikmati malam pergantian tahun yang sesungguhnya tiap malam juga bisa kita nikmati. Detik-detik menuju tahun baru benar-benar hampa tanpa makna. Di sinilah dibutuhkan “refleksi” sesungguhnya dalam memaknai tahun baru.

Sesungguhnya refleksi adalah belajar. Belajar adalah cara untuk mengerti, memahami, mendekati, menyadari, mencintai, dan menghasilkan masa depan yang lebih baik dan bermakna.

Refleksi juga merupakan ajang instrospeksi diri atas segala bentuk macam perbuatan, tindakan, dan keputusan kita, di mana kadang kala merugikan orang lain, menyakiti, dan menyengsarakan orang lain. Semua itu harus diubah menjadi lebih bermanfaat, berguna, dan bekeadilan.

Masa lalu adalah tempat untuk mengingat segala bentuk ucapan, tindakan, dan seluruh perbuatan kita. Masa kini adalah media untuk merancang, memprediksi, dan menyiapkan strategi terbaik menyikapi masa lalu menuju masa depan. Sedangkan masa depan adalah masa yang senantiasa diinginkan, dicapai, dan dijadikan cita-cita memetik hasil.

Kemampuan kita memetakan dengan benar dengan mengambil hikmah dari masa lalu, merenungi masa kini, dan merancang masa depan akan menjadi kunci keberhasilan kita menatap masa depan yang lebih cerah dan mencerahkan.

Memperingati tahun baru tidaklah salah? Tidak juga jelek? Tetapi, harus tetap
bermakna. Jika tahun baru hanya dijadikan ajang pesta pora minus makna sedikit pun maka kerugian yang dalam adalah hasil yang dapat kita petik.

Namun, jika kita mampu dan benar-benar menjadikan tahun baru sebagai titik tolak hijrah menuju kebaikan, keadilan, kebijaksanaan, dan kesuksesan maka keuntungan besar akan menjadi hikmah terbesar memperingati tahun baru. Sekarang, terserah kita memilih jalan yang mana? Yang merugikan atau menguntungkan.

Semoga di Awal tahun 2022 Target Vaksinasi Di Aceh Singkil tercapai minimal 70 Persen sehingga Virus Corona cepat hengkang dari jagat raya ini. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY