Suara Indonesia News – Lhokseumawe. Sosialisasi Daerah (Sosda) Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) Kabupaten Aceh Utara berlangsung di gedung Hasbi Kota Lhokseumawe yang dibuka secara resmi oleh Kabid Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Pesisir, Rawan Rusmawija,S.ST. Kamis, (18/03).
Dalam kegiatan Sosialisasi mengundang 60 peserta dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan ditengah pandemi Covid-19
Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Utara yang diwakili Rawan Rusmawija, S.ST selaku pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam pemaparan secara virtual yakni zoom meeting bersama Direktorat Jasa Kelautan, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Dr. Miftahul Huda, MSi. memaparkan tata kelola garam di Kabupaten Aceh Utara.
Rawan Rusmawija, ST mengatakan sosialisasi ini merupakan suatu upaya untuk melakukan berbagai pendekatan pengembangan usaha kelompok petani garam guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani garam. Termasuk Aceh Utara yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Aceh sebagai sentra pengembangan produksi garam rakyat serta lumbung garam Sumatera.
Rawan mengatakan program Pugar ini bisa berkembang lebih baik jika didukung kerjasama yang baik dengan stakeholder lain dalam hal membantu dalam pengembangan Pugar, sehingga petani garam bisa mendapatkan perubahan yang signifikan kearah yang lebih baik, lebih maju dan mandiri dari segi pengembangan produksi garam, jelasnya.
Sementara tujuan Pugar, lanjut Rawan adalah membentuk sentra-sentra usaha garam rakyat di lokasi sasaran, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petambak garam rakyat dalam kelompok usaha garam rakyat dan meningkatkan akses terhadap permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi bagi petambak garam rakyat.
“Seluruh tahapan pelaksanaan Pugar berbasis pemberdayaan masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,”
Dikatakannya, sejauh ini produksi garam di Kabupaten Aceh Utara sangat menggembirakan ditinjau dari segi kuantitas produksi, namun disayangkan bila ditinjau dari segi kualitas kadar NaCL produksi masih di bawah standar mutu untuk kebutuhan industri.
Maka dari itu perlu adanya kesiapan yang memadai bagi petani untuk melakukan pengembangan teknologi garam agar hasil yang diperoleh lebih meningkat dan berkualitas,” jelas Rawan.
Sementara kegiatan Pugar pada tahun 2019 yang telah dilaksanakan yaitu Integrasi Lahan di 1 (satu) lokasi yaitu di Desa Bantayan seluas 30 Ha, dan untuk tahun ini Integrasi Lahan yaitu seluas 15 Ha dan Pembangunan Rumah Tunnel serta sarana dan prasarana berupa Geomembran, jelasnya.
Saat ini kualitas garam di Aceh Utara sudah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibanding sebelumnya dengan terus mengedukasi petani agar memanfaatkan teknologi yang ada.
“Kualitas garam di Aceh Utara saat ini sebenarnya sudah bagus, hanya saja untuk kebutuhan industri masih dibawah standar. Kemudian yang menjadi kendala adalah faktor pemasaran. Oleh karena itu, hari ini kita hadirkan juga DKP Aceh, Bappeda Aceh Utara sebagai Pemateri dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta PT. Vinca Rosea ,” kata Rawan.
Rawan berharap kehadiran DKP Propinsi Aceh yang di wakili oleh Kasie Pelayanan dan Pengembangan Usaha Kelautan pesisir dan Pulau- Pulau Kecil. Erwandi,S.Pi, Bappeda Aceh Utara, Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan PT. Vinca Rosea dalam sosialisasi ini dapat memecahkan permasalahan pemasaran garam rakyat yang selama ini menjadi kendala, pungkasnya.
Sosialisasi juga diisi tanya jawab antara petani garam yang diwakili M. Isa (Desa Bluka Teubai) dan Baktiar (Desa Lhok Puuk) dengan Direktur Jasa Kelautan, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL). (Azhari)