Suaraindonesianews – Unaaha, Pj.Bupati Konawe, H.Tasman Taewa, baru-baru ini membuka workshop pelaksanaan kampanye Measles Rubella (MR) tingkat Kabupaten Konawe di hotel Arisandi.
Mengingat arah pembangunan kesehatan saat ini menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya preventif adalah dilaksanakannya program imunisasi.
Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajam dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
” Imunisasi terbukti sangat cost effective dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ( PD3I) serta berdampak positif untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak,” jelasnya.
Lanjut mantan Kadis BPMD Provinsi Sulawesi Tenggara Ini, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2019, Rencana Kerja Pemerintah tahun 2017 – 2018 dan rencana strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 – 2019, program imunisasi termasuk dalam program prioritas nasional dimana target capaian yang ditetapkan pada tahun 2019 adalah presentase anak usia 0 – 11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebesar 93 persen, serta persentase anak usia 12 – 24 bulan yang mendapatkan imunisasi DPT – HB – Hib lanjutan sebesar 95 persen.
Sementara itu, angka kesakitan karena campak dan rubella mengalami kecenderungan peningkatan bahkan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah Kabupaten/Kota.
Hasil analisa menunjukan kendala terbesar yang menyebabkan angka cakupan imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan tetap rendah pada beberapa daerah antara lain disebebkan tingginya angka drop- out .
“Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya sosialisasi terkait jadwal dan pentingnya imunisasi kepada masyarakat, kekhwatiran adanya efek samping imunisasi serta isu halal dan haram vaksin di tengah – tengah masyarakat. Akibatnya, akumulasi anak yang rentan karena status imunisasi yang tidak lengkap akan meningkatkan resiko terjadinya KLB,” terangnya.
Masih kata Tasman Taewa, Kampanye imunisasi campak rubella mempunyai sasaran yang sangat besar yaitu anak usia 9 bulan sampai dengan anak usia di bawah 15 tahun mulai dari PAUD,TK,SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat.
Pelaksanaan kampanye ini dilaksanakan karena kasus campak dan rubella di Indonesia sangat menghawatirkan dan merupakan salah satu masalah yang memerlukan upaya pencegahan efektif.
” Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70 persen kasus rubella terjadi pada kelompok usia kurang lebih 15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit Congenital Rubella Syndrome (CRS),” tutupnya.(Red.SI)