Suara Indonesia News – Jakarta, Rinaldo Mentari Tobing dalam dunia MICE – Meeting Insentif Convention Exhibition baik Nasional dan Internasional bukankah ‘anak kemarin sore, saya mengikuti beliau dalam beberapa event besar khususnya tahun 2000-2005 lalu. Dimana Saya ‘dipaksa untuk berkenalan dengan dunia Itu, tidak tanggung-tanggung event Consultative Group Indonesia (CGI) Convention & Exhibition, Sarasehan Wayang di Keaton DIY, Cipta Karya Perempuan Indonesia – Seminar Nasional & Exhibition, dsb. Sesudah Itu kami pun terpisah dalam rutinitas masing masing, yang Saya dengar saat Itu beliau sedang mempersiapkan Pameran Diatas Kapal Perang di Abudabi,Dsb. Sedangkan Saya kembali ke dunia media (Pers)
Saat Pilgub 2012, Pilpres 2014, Pilgub DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 lalu saya sempat dapat kabar bahwa beliau simpatisan Jokowi, Ahok dan KH.Maruf Amin.
Saya paham juga jika beliau ‘bertapa dari bidang MICE menekuni kegiatan lain. Hingga akhirnya kami bertemu Minggu – Senin, tgl.12-13 Januari 2020 di Bandung.
Kalau pun Secara tidak tersirat Ada beberapa hal yang ‘terecord oleh saya, bahwa banyak orang melupakan adanya ‘kesengajaan dan skenario menenggelamkan jasa jasa Megawati Sukarno Putri dalam jejak sejarah. “Mba Mega adalah korban Orde Baru, namun dia melawan. Kekuatan dia adalah Wong cilik, selayaknya beliaulah yang tepat diberi gelar Ibu Reformasi. Dia demikian tangguh dengan PDIP-nya hingga terjadi Reformasi. Dia Perempuan, seorang ibu, namun mampu membuat orde baru dan kroninya limbung sehingga Karena tidak mampu melakukan apapun untuk membenamkan Megawati dan Loyalitas Marhaen warisan Bung Karno yang juga sebagai ayah biologis dan ideologis, dia begitu Optimis dengan berbagai kalkulasi Perjuangan Kebangsaan nya, kalkulasi matang yang kemudian menjadikan Jokowi sebagai calon presiden di tahun 2014 lalu. Sosok Jokowi sebagai sipil sederhana dengan warisan mimpi mimpi besar Bung Karno seolah menjadi ‘magnit bagi para Marhaen Bung Karno yang selama ini tidur”, kata Rinaldo.
“Tolong hal ini terus digemakan dengan segala caramu, banyak orang tertipu dengan orang baru yang mengaku sebagai tokoh reformist sedangkan penderitaan Mega dan PDIPnya melebihi orang Itu, apalagi Kemudian muncul tragedi 27 Juli. Bahkan orang Itu pernah minta minta fasilitas dan materi kepada penguasa order baru agar terpilih menjadi Ketua umum sebuah organisasi. Kamu googling saja siapa orang yang meminta lalu mengapa Probosutejo harus marah saat orang Itu menghina Suharto Kemudian, sedangkan yang diminta sudah terpenuhi, apa Itu bukan munafik namanya?, Bandingkan dengan Mega yang tetap Konsisten”,Tambahnya lagi.
Kini adalah periode ke- 2 dan terakhir bagi Jokowi selaku presiden, lalu mau kemana sesudahnya?, Tanya Rinaldo dan dijawabnya sendiri. “Saya yakin Jokowi layak menjadi Ketum PDIP mendatang, Mega mempunyai kepercayaan penuh kepada Jokowi selama ini dan mendatang, ini semua perkiraan saja ya tanpa mendahului ketetapan Allah”, kata Rinaldo lagi.
BANTU ERIC TOHIR
Dengan menjadikan Eric Tohir sebagai Menteri BUMN , adalah langkah brilian Jokowi, yang pastinya telah mendapat restu Mega. Ini Analisa saya pribadi, bisa salah bisa juga benar kan, Ahahah..”
“Pekerjaan Eric demikian berat, jika dihadapan anda Ada Eric Tohir apa yang ingin anda sampaikan?”, Tanya Saya. Rinaldo tersenyum, suami dari Leni Nurlaeni dan ayah dari Yusristo Maulidan (Risto) , Ricky Yudistira Ramadhan (Ricky) dan Rana Yusrianti Meilina (Rana) serta mertua dari Mala Octavika Malawi ini kemudian menjawab
“Begini, indeks daya saing logistik Indonesia berada di bawah Singapura (4,0), Thailand (3,41), Vietnam (3,27) serta Malaysia (3,22). Kita, disebut sebagai Negara termahal di Dunia karena kita berada di 20-25%. Ini Jokowi pahami sejak lama. Namun, dalam beberapa tahun daya saing Indonesia menunjukkan perbaikan di mana peringkat Indonesia pada 2018 berada di urutan ke- 46 dunia yang merupakan terbaik sejak 2010. Karena apa?, Karena Jokowi telah mengurai beberapa simpul utama bagaimana memperkecil biaya logistik Nasional yang Tinggi. Diantaranya membangun konektifitas antar provinsi – kabupaten – kota melalui infrastruktur, Dana desa, Pembangunan dan renovasi pelabuhan laut, pelabuhan udara dsb. Jadi langkah Jokowi ditahun 2014-2019 dengan skala prioritas kepada infrastruktur adalah langkah cerdas. Hanya orang yang ‘mindset-nya terbalik yang mengatakan sebaiknya, dalam arti wawasan orang Itu memang tidak dalam level Jokowi”.
Ditambahkan Rinaldo, saat ini rata-rata biaya logistik di Indonesia masih sebesar 20 – 25% dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dari idealnya di angka 15% per PDB agar kompetitif.
Jika biaya logistik di Indonesia antara 20 – 25% dari total PDB atau senilai Rp 1.820 triliun/ tahun, maka wajar jika biaya logistik kita paling tinggi di dunia. Selain biaya yang sangat tinggi, mutu pelayanan logistik di Tanah Air juga buruk. Sebagai contoh, waktu jeda untuk barang – barang impor mencapai 3-7 Hari, mengerikan. Juga biaya angkutnya yang mahal. Belum lagi parahnya prasarana logistik yang masih konvesional, seperti jalan, pelabuhan, dan hubungan antarmoda,
Kemudian, belum terbangunnya konektivitas antara satu lokasi dengan lainnya, serta pengiriman kontainer ke daerah jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan mengirim kontainer ke luar negeri. “Lalu mau sampai kapan?, Eric Tohir jangan sampai terima laporan asbun. Harus di warning sedini mungkin, dan kalian mampu melakukan Itu sebagai orang media. Blazt terus soal ini, hingga sampai langsung ketelinga Eric”, masih kata Rinaldo.
Sayang ada beberapa hal yang tidak ingin disampaikan melalui media, kecuali langsung kepada Eric Tohir sendiri. “Yakin Eric Tohir mau membuka komunikasi soal ini?”, Pancing Saya.
“Eric Itu berasal dari private sector, tidak mempunyai beban apapun. Akan menjadi beda jika Eric adalah PNS/ANS. Dia akan lakukan yang terbaik dalam merealisasikan ‘amanah’ yang diberikan Jokowi. Eric masih mempunyai waktu untuk menurunkan tingginya biaya logistik Nasional di tahun 2020 – 2024 mendatang. Hasilnya akan menjadi warisan duet Jokowi – Eric, yang akan tertulis dengan tinta emas dalam sejarah”, jawab Rinaldo sambil terus membicarakan langkah langkah strategis Itu, tentunya dengan catatan bahwa ‘tidak dimuat dalam media, kecuali langsung didengar Eric Tohir. Bukan orang lain, harus Eric sendiri. Ahahah..
Nah, kini giliran Eric kapan ada waktu mendengar langsung dari Rinaldo!?, Saya siap memfasilitasinya.Tutup Rinaldo kepada suaraindonesianews.com. ‘Come on, Eric. (PpRief/RL)