Suara Indonesia News – Jakarta. Saat ini sedang viral di media sosial maupun warung warung kopi pinggir jalan, tentang kesungguhan pemerintahan Jokowi menanggulangi penyebaran virus Corona (Covid 19), juga tentang adanya dugaan 10 Perguruan Tinggi Negeri yang diduga kuat terpapar radikalisme.
“Untuk virus Corona saya tidak akan menanggapi biar pemerintah bekerja untuk itu, Kita ‘Stay at Home saja. Mengenai 10 PTN Itu sudah lama Kita sampaikan kepada publik, bahwa memang temuan Kita demikian, sehingga instansi terkait harus mem-follo up nya dengan segera”, demikian Bonar Tigor Naipospos, Wakil Ketua Setara Institute, melalui seluler (Minggu,22/3) kepada suaraindonesianews.com.
Bang Choky, panggilang akrab kami, kembali mengungkapkan, bahwa memang ada 10 PTN di Indonesia terpapar paham radikalisme. Data ini berdasar hasil penelitian bertajuk “Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa: Memetakan Ancaman atas Negara Pancasila di PTN.” Lalu,
“Penelitian yang dilakukan oleh Setara Institut selama Februari – April 2019 terhadap 10 PTN di Indonesia lalu itu ditemukan dengan maraknya gerakan keagamaan yang bersifat eksklusifitas. Kalau sampai saat ini publik masih membicarakan Itu, ya kami bersyukur karena riset kami bermanfaat. Semoga ini ‘telah’ menjadikan catatan pemerintahan Jokowi, khususnya ditindak-lanjuti oleh anak buahnya di Kementerian atau instansi terkait, ya”, tambah Choky.
Rilis Setara Institut disebut nama 10 PTN Itu, Al: Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Mataram.
“Salah satu parameter kami adalah adanya wacana dan gerakan keagamaan eksklusif di PTN Itu dan tidak hanya digencarkan oleh satu kelompok keislaman tertentu, tapi oleh beberapa kelompok, yaitu gerakan Salafi-Wahabi, Tarbiyah dan Tahririyah”.
Choky juga mendukung upaya pemerintahan Jokowi mewacanakan peran Resimen Mahasiwa (Menwa) sebagai komponen pendukung Tentara Nasional Indonesia (TNI) RI dalam merealisasikan pemahaman bela negara di lingkungan kampus.
“Paham radikalisme yang mulai merambah ke kampus – kampus di Indonesia bisa dicegah perluasannya melalui Menwa. Kita mewaspadai melalui menwa atas radikalisme di kampus, ini bukan istilah tentara masuk kampus, ini berbeda. Ini upaya dan keseriusan tentang masalah menangkal radikalisme di lingkungan kampus, titik. Dengan semakin bersinerjinya peran Menwa Dengan TNI-Polri, Menwa pun mampu melakukan sinerji positip dengan elemen kampus lain dalam menghalau paham-paham radikalisme dan menumbuhkan nasionalisme di lingkungan kampus”, pungkas Choky.
MENWA SEBAGAI PASUKAN CADANGAN NASIONAL
“Ya Itu betul sebagaimana diamanahkan dalam UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional (UU PSDN) yang disahkan September 2019 lalu. Intinya, Kita, akan memiliki komponen cadangan atau pasukan cadangan Nasional melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dengan pelatihan- pelatihan untuk komponen cadangan (Komcad), diantaranya sebagai sasaran utama adalah kalangan mahasiswa dan Aparat Sipil Negara (ASN). Tetapi saya belum ikuti bagaimana perkembangan terakhirnya, maka mari kita dukung semua kerja pemerintah baik tentang penanganan Covid 19, menangkal radikalism di dunia Pendidikan juga rencana pembentukan KOMCAD – Komando Cadangan, dan Itu bukan upaya militer masuk kampus, Itu konsep Bela Negara, jadi berbeda ya”, tutup bang Choky. ‘Horas, Mauliate. (PpRief/RL)