Suara Indonesia News – Kuningan, Keragaman aneka adat, seni budaya dan sejarah yang dimiliki bangsa ini ,merupakan warisan turun temurun dari para leluhur untuk menjadikan kelangsungan ciri berbangsa dan bernegara.
Sejarah budaya dan seni tradisi, merupakan penopang perjalan hidup manusia, untuk di pelihara dan dilesatarikan sebagai aset budaya bangsa.
Keberadaan Desa Purwasari kec. Garawangi yang terletak dibsebelah timur pusat kota kab.kuningan, yang bersebelahan dengan Desa Purwawinangun, merupakan salah satu wilayah yang berdekatan dengan perbukitan, hutan dan aliran sungai yang memanjang.
Dengan luas wilayah Desa 268.834 Hektar yang terbagi menjadi 5 dusun,5 RW dan 19 RT tersebut, dan jumlah kurang lebih 2800 jiwa.
kebradaan Desa Purwasari menyimpan banyak kisah kisah yang menjadi legenda tanah air.
Menurut kepala desa Purwa Sari Hj. Uha Miharti, SPD. Desa Purwa Sari memang punya cerita sejarah dan legenda, dan ini merupakan salah satu bagian aset yg dimiliki oleh desa, untuk dikembangkan menjadi kawasan budaya dan wisata, sebagai kearifan budaya lokal, yang sesuai dengan wilayah geografis desa. Ujar Ibu Kades,
Selain keberadaan sumber daya alam Desa Purwasari, keberhasilan Desa purwa sari, tak luput dari kinerja para aparat desa yang saling mendukung dalam kemajuan pembangunan desa, sekarang terbukti dengan kesuksesan program pemeeinyah daribmulai PTSL, Gerbang simas, Listrik gratis, Rutilahu dan PAMsimas. Dan kami selaku Pimpinan wilayah Desa, mengucapkan terima kasih kepada bapak Buapti kuningan , H.ACep Purnama SH,MH dengan program kerjanya, yang bisa langsung diterima oleh masyarakat, ujar Hj. Uha Miharti, SPD ketika diwawancari media.
Sementara dalam sejarahnya dikisahkan, pada jaman dahulu kala sebelum penjajahan belanda masuk ke indonesia, Purwasari merupakan bagian dari kerajaan di jawa barat, yang yang saat itu dipimpin oleh sorang Bayan ( Kuwu/kades) bernama Dipa Nala dan Nala Diva, Ia merupaka sodara kembar. Hal tersebut diungkapkan seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya, menyapaikan kepada media.
Setelah mendirikan perkampungan Purwasari maka saat itu Purwa Sari berubah menjadi sebuah nama desa Kertasari ( skrg Desa Purwasari ) yang berkantor di wilayah Citiu, sekarang menjadi Desa Citiu sari ,pemekaran dari Purwasari. Sedangkan Diva Nala ( eyang Sindu ) merupakan orang yang pertama kali mejadi Kepala Desa di Kab. Kuningan.
Dalam riwayat keberadaan kali bantar wangi, cadas gantung dan irigasi, diwilayah garawangi, tidak bisa lepas dari sosok Eyang Sindu, dalam pengabdianya eyang sindu berusaha untu meninggalkan warisan yang dapat berguna bagi anak cucu maupun masyarakat kelak,
Riwayat cada gantus berawal ketika, eyang Divanala (eyang Sindu ) sedang melakukan tapa di pinggiran pinggiran urang,kemudian digoda oleh uyut Basari, dimana lahan yg sedang diduduknya itu diinjak dan hampir jatuh ke dasar jurang, eyang sindu mengerahkan kekuatanya untuk menahan longsoran tersebut hongha ahirnya tanah tersebut diam dan menggantung, maka darisitulah wilayah yang termasuk wilayah gunung mayana itu, dinamakan Cadas Gantung.
Dalam kisah lain, seorang raja di wilayah kerajaan digunung mayana, tengah melakukan smedi, untuk keselamtan putrinya yang sedang menuggugu proses kelahiran. kemudian raja mendapat petunjuk agar, memanggil seseorang ( eyang sindu )/yang tengah melakukan tapa di pinggiran sungai, untuk dibawa keistana. Karena orang tersebutlah yang mampu mengobati putrinya, hasil dar semedinya.
Setelah bertemu Raja, dan memohon doa kepada yang maha kuasa, akhirnya putri raja pun melahirkan dengan selamat, dan eyang sindu di berikan hadiah sebagai tanda terima kasih oleh raja berupa Lelengser dan Bokor berupa Emas” lalu raja berkata, suatu saat nanti, pemberian hadiah dari raja ini akan bermanfaat bagi keturunan eyang sindu Ujar sang Raja.
Terkait keberadaan bokor emas ini, apakah ada kaitanya dengan riwayat berdirinya kerajaan di Kuningan? pembacalah yang dapat menyimpulkan dari riwayat yang disajikan. ( Sep )