Suara Indonesia News – Subulussalam. Upaya Pemerintah pemko Subulussalam untuk mengentaskan kemiskinan, nampaknya belum cukup merata dirasakan masyarakat. Buktinya, masih ada warga yang sehari-hari hidup miskin, tetapi sama sekali tidak tersentuh bantuan pemerintah.
Cita-cita pemerintah pusat untuk mensejahterakan rakyat miskin, masih jauh dari harapan karena kurang tepatnya penerima bantuan sehingga bantuan yang dikuncurkan justru tidak menyentuh rakyat miskin.
Salah satu warga miskin di Kecamatan Simpang kiri, yang belum pernah tersentuh bantuan tersebut bernama Siti Asarah, warga Desa Buluh Duri, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam ” Senin (21/12/2020).
Banyak program untuk kelurga miskin dengan kucuran uang yang tidak sedikit dikampanyekan pemerintah baik pusat hingga daerah, para pejabat berkampanye bahwa mereke serius menangangi kemiskinan. Sayangnya, Siti Asarah, tidak masuk dalam daftar orang miskin yang layak dibantu.
Alhasil, Siti Asarah pun sama sekali tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah penerima manfaat Program Keluarga harapan (PKH), Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), bantuan langsung atau bantuan nontunai, maupun bantuan lainnya. Kemaren pada saat covid 19 saya terdaftar di penerima bansos tapi begitu penarikan ke 8 saya dan adik saya raja tidak dapat undangan lagi, tandasnya,
Meskipun program pemerintah yang mengatasnamakan kemiskinan sering digembar-gemborkan, namun keberadaan, Siti Asarah, seolah-olah tidak diakui oleh pemerintah.
Nama Siti asarah, tidak pernah masuk dalam daftar warga yang mendapat bantuan apa pun. Nama mereka tidak pernah masuk Program Keluarga Harapan (PKH). Apalagi, program bedah rumah yang sudah bertahun-tahun dilakukan pemerintah. Padahal, secara fisik rumah ibu dua orang anak ini sangat tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal.
Ironisnya, warga di sekitar desa kami itu, tempat tinggalnya yang ekonominya lebih mapan justru malah mendapat bantuan dari pemerintah. Kehidupan mereka jauh lebih baik dibanding Siti asarah, tetapi mereka yang justru mendapatkan bantuan lewat PKH.
Karena hidup di bawah garis kemiskinan dan “melata sendiri” tanpa bantuan pemerintah, hampir setiap hari Siti Asarah hanya bisa makan nasi dan tempe ikan asin, kadang paket garam saja. Makanan sehari-hari mereka sangat jauh dari standar gizi.
Saat awak media suaraindonesia news.com berkunjung ke rumah Siti Asarah, melihat kondisi rumah mereka sangat memperihatinkan, tinggal di rumah yang hanya berukuran 5×5 meter. Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan, dinding rumah yang terbuat dari bilik papan sudah banyak yang lapuk.
Bagian atapnya, sebagian dari seng dan Jika turun hujan rumah kumuh itu selalu bocor sehingga bagian dalam rumahnya menjadi kebanjiran. Itu karena seng rumahnya sudah banyak yang pecah.
Siti Asarah hanya bisa pasrah, mereka harus menanggung kemiskinan tanpa bantuan pemerintah.
Siti Asarah mengatakan, sekian tahun bahkan bertahun-tahun ia tinggal hingga sampai sekarang ini, belum pernah sekalipun ia mendapat bantuan dari pemerintah. Seperti bantuan PKH, bedah rumah, bantuan langsung atau nontunai, maupun bantuan lainnya. kemarin saya dapat BST tapi sekarang saya tidak dapat lagi, katanya.
Ketika beberapa warga di desanya mendapatkan bantuan rumah dan PKH dan rehab rumah dan lain lain. Selama puluhan tahun hingga sekarang ini selama saya tinggal bersama dua anak anak saya di sini, belum pernah saya dapat bantuan dari pemerintah kota ataupun desa, pungkasnya. (Syahbudin Padang)