Suara Indonesia News – Aceh Tenggara. Ketua Lembaga Pemantau Korupsi LPK Aceh Tenggara, Datuk Raja Mat Dewa, menilai proyek pengerjaan sejumlah ruas jalan tahun 2020, baik ruas jalan provinsi maupun Kabupaten di Aceh Tenggara, diduga dikerjakan asal jadi,
Padahal sumber anggaran proyek tersebut, berasal dari Dana Otonomi Khusus (Otsus), DAU dan DAK yang diperuntukan untuk Kabupaten Aceh Tenggara terlihat pengerjaan oleh pihak rekanan di lapangan seperti asal-asalan dan terlihat tidak sesuai spesifikasi teknis kontrak yang telah di kerjakan,” ujar Datuk Raja Mat Dewa Kepada ini Rabu (30/12/20) di kantornya,Jalan Ahmad Yani No 86. Desa Pulolas Kecamatan Babussalam Aceh Tenggara.
Bahkan menurut Datuk, bahkan di sejumlah titik terlihat badan jalan banyak yang bergelombang, kasar, gembur dan mengelupas bahkan ada yang telah terlihat amblas. Kasar bagai kan Beras Catu/ Ransum, Kondisi ini juga terlihat di proyek pemeliharan ruas jalan Mbarung – Menteldak, Rikit Bur, Cingkam II, di beberapa Kecamatan yang kini masih masih tahap pengerjaan. Jalan di lokasi tersebut terlihat bergelombang dan kasar serta tipis. “Bahkan di beberapa titik ruas badan badan yang baru dikerjakan, badan jalan mulai terlihat mengelupas,” ungkap Datuk.
Paket proyek tersebut menurut informasi yang diperoleh Datuk, yang dikerjakan oleh PT Karya Sebudi Berantasdengan Nomor Kontrak: 620/308/SPPK/DAK/-JL/PUPR-AGR/VIII/2020. Biaya pengerjaannya bersumber dari dana DAK sebesar Rp. 9,8 Miliar tahun 2020 dan diawasi oleh konsultan pengawas dari CV OA Consultan. Selain Paket Ruas Jalan Mbarung – Menteldak yang diduga dikerjakan asal jadi.
Datuk Raja Mat Dewa juga mengatakan, masih banyak pekerjaan proyek pengaspalan jalan di Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Aceh Tenggara, yang bersumber dari Dana Doka tahun Anggaran 2020 juga mengalami kondisi yang sama, dimana jalan telihat kasar seperti beras Catu,Ransum. “Jalan yang dibuat, terlihat tipis seperti kulit bawang dan terlihat jelas pori-pori aspal itu sehingga memberi ruang bagi rumput-rumput dan ilalang untuk tumbuh hidup di atas aspal,”
“Bahkan yang lebih fatalnya lagi, air hujan akan mudah meresap kedalam aspal sehingga usia kontruksi jalan diprediksi tidak akan bertahan lama,” tegasnya.
Saat media ini dengan rekan wartawan lainnya hendak komfirmasi kepala dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Aceh Tenggara, Rasyid Efendi, maupun Kepala Bidang (Kabid) Jalan dan jembatan Bakri, belum bisa di jumpai bahkan saat di hubungi melalui telepon selulernya tidak mengangkat, menjawab.
Sampai berita ini diterbitkan Kepala dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Aceh Tenggara, Rasyid Efendi, maupun Kepala Bidang (Kabid) Jalan dan jembatan Bakri, belum bisa di komfirasi ulang untuk di mintai ketrerangannya. (Yusuf)