Ulin Nuha Sinias dari Kendal, Melihat Geliat yang berbeda dalam merayakan Hari...

Ulin Nuha Sinias dari Kendal, Melihat Geliat yang berbeda dalam merayakan Hari Film Nasional di Tengah Wabah Corona

738 views
0
SHARE

Suara Indonesian News – Kendal. Sebuah peristiwa bersejarah dalam dunia film Indonesia ketika pada 30 Maret 1950 dilakukan pengambilan gambar pertama kali oleh sutradara Usmar Ismail dalam film “Darah dan Doa”, sebuah film Indonesia pertama bercirikan indonesia dengan segala lini yang diprakarsai oleh orang Indonesia sendiri. Yang kemudian di tetapkan sebagai hari film Nasional yang merupakan hasil konferensi dari Dewan Film Nasional pada 11 Oktober 1962. Keputusan tersebut akhirnya diresmikan pada masa pemerintahan BJ Habibie sebagai Hari Film Nasional.

Ada sejumlah catatan menarik terkait perkembangan film di Indonesia terkait komunitas film yang aktif dalam mendukung perfilman nasional tahun lalu dengan berlomba-lomba membuat acara untuk memperingatinya. Acaranya pun beragam mulai dari nonton bareng, workshop, dan kompetisi film pendek. acara seperti itu biasanya tidak hanya diadakan di kota-kota besar, acara-acara itu juga ada di berbagai daerah. Salah satunya datang dari Ulin Nuha yang melihat ada sesuatu yang berbeda di tahun 2020 ini.

Jelang Hari Film Nasional tahun Ini, sineas Ulin Nuha, menyorot geliat komunitas film di Tanah Air yang harus menghadapi kondisi isolasi yang akhirnya membatasi aktivitas dan mobilitas komunitas Film yang harus pintar-pintar untuk tetap bias  mengambil peran dalam merayakan Hari Film Nasional di tengah suasana social distancing yang di berlakukan oleh pemerintah saat ini. (30/03-20)

Komunitas Film mengubah Ruang Publik dengan Media Sosial

Melihat Peran Komunitas film di tahun 2017 dengan memperingati Hari Film Nasional yang begitu masifnya dengan membentuk gerakan “Merayakan Keberagaman Indonesia” Secara Bersama-sama sebagai alasan komunitas film untuk mengingatkan kembali posisi strategis film sebagai seni budaya populer yang memberikan pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat modern yang tidak bias disepelekan melalui kegiatan nonton bareng termasuk adanya program Rapat Koordinasi Komunitas Film yang berisi serangkaian diskusi dan presentasi dari wakil-wakil komunitas film berbagai daerah. Sampai adanya Film Project Expo yang mempertemukan pembuat film komunitas dengan calon investor potensial di Indonesia.

Tidak Cuma itu di 2018 terdapat 199 titik untuk menonton film-film nasional di berbagai daerah. Dari jumlah itu, 116 film tayang lewat mobil bioskop keliling, 63 dilakukan kesekolah, dan 20 titik pemutaran film merupakan kerjasama pemerintah dengan perguruan tinggi yang melahirkan ruang diskusi sebagai wujud nyata kecintaan dan dukungan pemerintah untuk perkembangan perfilman nasional. Kemudian hadirnya Temu Komunitas Film Indonesia yang mendapat dukungan dari Badan Perfilman Indonesia (BPI), Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), dan Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusbangfilm) yang akhirnya mencatat keberadaan 98 komunitas yang tersebar di 41 kota/kabupaten di seluruh indonesia yang diselenggarakan berturut-turut dari tahun 2010 dan 2016.

Kemudian kemeriahan kembali di gelar di tahun 2019 Rangkaian acara yang digelar pada Hari film Nasional tahun itu diperingati diberbagai daerah antara lain di Bandung Jawa Barat, Sulawesi Barat, Sumatera Barat dan daerah lainnya dengan menggunakan berbagai fasilitas milik Kemdikbud di daerah dengan menyediakan mobil bioskop keliling sebanyak 127 (seratusduapuluhtujuh) unit, peralatan pemutaran film sebanyak 40 (empatpuluh) unit, Laboratorium Seni Budaya dan Film (LSBF) sebanyak 73 (tujuhpuluhtiga) unit di 73 sekolah di Indonesia, serta di 24 (duapuluhempat) SMK yang telah membuka program studi film di sekolahnya masing-masing. Program ini sebagai landasan Kampanye Film, Pameran Sejarah Perfilman, Pemutaran Film Indonesia, Bincang Film dan Apresiasi Film Indonesia dengan Tema “Film Indonesia Keren”.

Bulan film Nasional 2020 nampaknya tidak akan sama seperti tahun sebelumnya, kegiatan-kegiatan yang setengah jalan terpaksa harus di tunda termasuk Kine forum, salah satu platform program Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, bekerjasama dengan Kino saurus menggelar Bulan Film Nasional dengan menayangkan film-film Indonesia harus berhenti di tengah jalan karena di berlakukan kebijakan social distancing yang di berlakukan sejak 16 maret lalu. Menonton film tahun ini tidak ada lagi interaksi langsung di ruang public beberapa platform streaming film akhirnya berbondong-bondong memberikan akses tidak berbayar alias gratis kepada penggunanya untuk mendukung kampanye #dirumahaja. di Hari Film Nasional ini juga, kita cuma kebanjiran program komunitas film dengan hanya live di media sosial, contoh saja yang di lakukan oleh Asosiasi Sutradara Film Indonesia di akun instagramnya yang membuat diskusi soal A-Z tentang profesi sutradara film di Indonesia lewat live di instagramnya.

Memang ini adalah alternative yang efesien untuk tetap biasa merayakan hari film nasional di tengah-tengah ancaman virus Corona Covid-19 namun estetika untuk ruang publik yang fungsinya penting untuk membangun relasi berkolaborasi, berejaring dan bersilaturahmi tidak lagi efektive. Akses seperti berinteraksi di media social semoga tidak kembali terjadi di tahun depan. Komunitas film butuh keluar rumah beramai-ramai untuk merayakan pesta tahunan ini,” ujar Ulin Nuha.

Terkait wabah Corona Covid-19 yang melumpuhkan banyak sector Ekonomi termasuk aktifitas komunitas film dan Industri Film, Ulin Nuha optimistis badai pasti akan berlalu.“Saya berharap sisi baiknya. Kelak usai wabah ini, masa sulit ini, Komunitas film akan rindu untuk berkarya,” pungkasnya. (Nur.K)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY