Suara Indonesia News – Kabupaten Cirebon. Potensi wisata dan kuliner yang ada di Kabupaten Cirebon, terutama Kecamatan Jamblang sudah ada ratusan tahun lalu dan pengembangannya sudah dirasakan tapi belum optimal.
Grow Up Institut salah satu LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dan lingkungan tertarik dan bahkan mempelajari potensi wisata dan kulinernya serta berusaha turut mengembangkan sesuai keingginan warga, hal ini yang menjadi daya tarik LSM ini untuk ikut serta mendorong mempromosikan potensi yang ada, ungkap Nurul Chomidah Direktur Strategi Komunikasi Pembangunan Grow Up Institut di sela kegiatan shooting lokasi dan potensi kuliner di Kecamatan Jamblang (Selasa, 8 september 2020).
Kegiatan dilakukan di desa Jamblang dengan meninjau Vihara (Klenteng) tua peninggalan Laksamana Cheng Ho dan pasukannya sekitar tahun 1485, dan gedung-gedung tua milik pengusaha Tionghoa sejak jaman Belanda yang berada di sekitar klenteng.
Kegiatan ini diikuti Abadi Camat Jamblang, Yoyon Kristiyanto Kuwu Desa Jamblang, Ratija Kuwu Desa Sitiwinangun dan H. Watma Kueu Desa Bakung Lor, Hasyim Sekdes serta perangkat desa Jamblang ikut hadir di lokasi klenteng.
Yoyon Kuwu Desa Jamblang mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Klenteng dan bangunan gedung tua ini menjadi salah satu lokasi wisata yang bisa dinikmati para pengunjung baik domestik maupun mancanegara, dan mengharapkan dukungan pendanaan untuk memperindah lokasi klenteng ini dengan taman yang indah juga rehab gedung tua yang ada.
Dukungan pendanaan bisa dari swasta dalam bentuk CSR ataupun dari Pemerintah. Sementara untuk tahun ini tidak bisa diharapkan karena semua terganjal adanya pandemi covid. “Diharapkan di tahun depan bantuan bisa mengalir supaya potensi wisata yang ada bisa dinikmati oleh masyarakat.
Kegiatan berlanjut ke desa Sitiwinangun dengan potensi kerajinan grabah (keramik) berupa kendi, piring, cangkir dan sebagainya yang sudah dikenal, juga ada potensi wisata rohani berupa masjid tua Kramat Kebagusan, yang konon ceritanya Kapal Laksamana Cheng Ho berlabuh di sungai ini yang dulunya masih berupa laut lepas.
Sebelum memulai kegiatan shooting yang dilakukan crew Trans 7, diadakan kegiatan penyambutan tamu di aula kantor desa, dengan sambutan dari Ratija Kuwu Desa Sitiwinangun. Dalam sambutannya menjelaskan kesuksesan dari pariwisata ada 3 A, pertama Atraksi yang ditampilkan bisa berupa destinasi wisata, kuliner atau kebudayaan yang unik, desa Sitiwinangun memiliki kerajinan tangan grabah dari sejak jaman para wali dan menjadi sesuatu yang unik dan menarik, kedua Aksestabilitas berupa sarana dan prasarana yang menunjang keberadaan lokasi wisata juga sumber informasi untuk membuka mata publik akan keberadaan wisata yang ada dan terakhir Amenitas, sarana penunjang pariwisata untuk kenyamanan turis dan pengunjung saat berada di lokasi seperti mesin ATM anjungan tunai mandiri, kemudahan akses ke tempat lainnya.
Usai sambutan lalu ada tarian yang dilakukan anak-anak yang biasa dilakukan saat bermain yang dikemas dalam bentuk tarian. Lalu berkunjung ke Situs Masjid Kramat Kebagusan dan mencoba kuliner nasi Jamblang.
Di sela acara, Abadi Camat Jamblang menjelaskan kerjasama dengan tim profesional Grow Up Institut ini sangat menunjang pengembangan potensi wisata yang ada di wilayah Kecamatan Jamblang ini, potensi berupa wisata reliji ada Vihara (Klenteng) tua peninggalan Cheng Ho dan gedung tua di desa Jamblang, juga situs Masjid Kramat Kebagusan di desa Sitiwinangun dengan kerajinan kramik hasil pekerjaan tangan biasa disebut grabah, di desa Bakung Lor ada kuliner tape bakung yang sudah dikenal masyarakat.
Desa Wangunharja dengan kuliner ikannya, desa Bakung kidul dengan potensi jangkrik dan pepesan jangkriknya, juga desa lainnya yang ada di Kecamatan Jamblang. Kerjasama yang dilakukan berupa pengembangan promosi wisata baik melalui media sosial baik itu media elektronik ataupun cetak, juga media sosial lainnya.
Harapannya kerjasama dapat membuka mata publik di seantero nusantara untuk mengetahui keberadaan potensi wisata yang ada di Kecamatan Jamblang ini dan bisa menjadi aset desa dan mendatangkan PAD bagi desa yang ada, ungkap Abadi menutup perbincangan.
Acara dilanjutkan ke desa Bakung Lor melihat cara membuat tape ketan dan juga BUMDes yang menjual tape khas Bakung. (Hatta)