Suara Indonesia News – Mandau. Seorang Ibu (60) tahun, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Corona Virus Disease 19 (Covid-19) yang meninggal dalam perawatan di RSUD Mandau di makamkan pada Rabu 15 April 2020 petang.
Warga Mandau merasa bersedih begitu mendapat kabar bahwa 2 orang PDP meninggal dalam rentang waktu yang tidak begitu lama.
Ini terlihat disaat iring-iringan mobil patroli polisi mengawal ambulan mengaung menghentak suasana senja di Kota Duri, tak dapat disembunyikan raut wajah sedih dari mereka yang melihat.
Rasa sedih itu terlebih dirasakan oleh pihak keluarga tat kala proses pemakaman berlangsung dengan protap Covid-19 yang dilakukan pihak RSUD Mandau disaat senja mulai beranjak, almarhumah yang berstatus PDP pihak terkait dan jajaran kepolisian tampak bergegas, pemakaman tetap dijaga ketat hingga beberapa pihak keluarga hanya dapat melihat proses pemakaman dari jarak beberapa meter.
Di bawah hamparan awan yang tampak merah merona akibat pembiasan senja mentari, prosesi pemakaman itu tetap dilanjutkan.
Menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, jenazah yang telah dimasukkan ke dalam sebuah peti perlahan diturunkan paramedis menggunakan untaian tali.
Sebagaimanna diketahui, PDP yang dimakamkan ialah seorang perempuan dengan riwayat penyakit yang telah lama diderita. Pihak keluarga bahkan menyangkal keterkaitan Covid-19 yang dihubungkan atas kepergian sang ibunda, meski demikian pemakaman dengan protap PDP tetap dilaksanakan.
Di lokasi, pihak keluarga tampak hadir. Berusaha mendekati paramedis yang mengebumikan sang ibunda, personel kepolisian sempat melayangkan teguran hingga beberapa kali. Meski mendapat teguran, putra dan putri almarhum tetap berusaha melihat masuknya peti ke liang lahat.
Suasana senja yang mulai menghampiri, seluruh anak, cucu dan saudara PDP yang wafat tampak kesal namun tak bisa berbuat apapun. Kedua putri almarhumah mengaku ingin memeluk sang ibu disisa hayatnya.
“Karena Corona, kami ga bisa peluk ibu. Harusnya kami bisa peluk dan cium ibu sebelum dimakamkan, tapi keadaan membuat kami tak bisa berbuat apa-apa,” kata Sofia,putri almarhumah yang memandang prosesi pemakaman dari jarak yang cukup jauh.
Ia pun mengatakan bahwa ibunya tidak sama sekali memiliki riwayat penyakit sebagai tanda-tanda jangkitan Covid-19, sang ibu disebut telah lama menderita penyakit jantung dan asma. Telah berulang kali masuk rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, kepergian sang ibunda dinilai jauh dari dugaan terjangkit virus mematikan itu.
Sofia menegaskan bahwa ia, saudara dan saudarinya selalu berusaha merawat sang ibunda di masa-masa tuanya. Namun Pandemi Corona dituding memperburuk kabar kepergian sang ibu ke taman pemakaman itu, kekesalan kian merebak atas banyaknya komentar netizen di dunia maya.
“Kata orang-orang ibu kami positif, padahal hasil rapid test negatif. Ibu kami memang sudah lama ada riwayat penyakit dan sudah berulang kali dirawat. Bahkan sebelum Covid-19 ada di Wuhan, ibu kami sudah ada riwayat penyakit jantung, sesak karena asma dan penyakit lainnya. Jadi tolong masyarakat jangan sangkut pautkan ke Covid-19,” ungkap sedih Sofia.
Direktur RSUD Mandau, dr. Sri Sadono mengatakan bahwa status PDP disematkan bukan tanpa alasan dan prosedur. Ia menegaskan penyematan status diperlukan, guna mengantisipasi dugaan penyebaran wabah yang sedang merebak saat ini.
“Walaupun keluarga sedih atas prosesi pemakaman, kami harap itu bisa dimakhlumi. Ini prosedur harus kita lakukan sebagai langkah antisipasi oenyebaran Covid-19, kalau hasil swab nanti negatif, itu baik. Tapi jika tidak seperti yang kita harapkan? Bagaimana? Tentu semakin runyam bukan? Oleh karena itu kita lebih memilih untuk bekerja sesuai prosedur untuk mencegah kemungkinan apapun yang bisa saja terjadi,” jelas dr. Sri Sadono.
Pemakaman itu sendiri selesai dilaksanakan sekitar pukul 18.15 WIB. Usai melaksanakan pemakaman, paramedis tampak melakukan sterilisasi di kendaraan pengangkut jenazah dan pakaian tertutup yang dikenakan. (Mus)