Kerajinan Tradisional Gedogan di Desa Junti Kebon Perlu di Lestarikan

Kerajinan Tradisional Gedogan di Desa Junti Kebon Perlu di Lestarikan

1,226 views
0
SHARE

Suara Indonesia News – Indramayu. Kerajinan Tradisional Gedogan berupa pembuatan kain tenun yang ada di Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu Profinsi Jawa Barat.kini hampir tersisihkan oleh perkembangan zaman, padahal jika dikembangkan dan dipasarkan dengan baik akan menjadi nilai plus bagi sumber penghidupan Masyarakat.

Proses dalam pembuatan kain tenun sendiri dikerjakan secara manual dengan alat sederhana, untuk menghasilkan satu tenun memakan waktu sampai berhari-hari bahkan sampai seminggu. untuk penjualanya juga masih terbatas menunggu disaat ada pesanan. Masyarakat yang masih menjalankan pekerjaan tersebut hanya dua orang itupun belum ada pengganti atau generasi penerus untuk menjalankan kerajinan kain tenun.

Sunarih (61) Tahun selaku pengrajin tenun warga Desa Juntikebon Blok Kesambi RT 002 RW 06 saat ditemui di Rumah (25/05/22), menuturkan “ketrampilan pembuatan kerajinan kain tenun merupakan hasil belajar dari orang tua dahulu, sementara untuk generasi penerus berikutnya yakni ke anak saya belum ada keniatan pernah coba belajar baru pertama merasa kecapean.

Dalam pemasarannya kain tenun dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar 60 centimeter bervariasi motif dan warnanya, yang banyak diminati pembeli bermotif kluwungan dan suwuk pokoknya sesuai permintaan pesanan, untuk harga penjualannya masih dihargai 350 ribu rupiah, dan itu juga saya mengerjakan ketika ada yang mau dibuatkan, untuk penjualannya memang sudah dikenal seperti dari Daerah Bandung dan Masyarakat yang mengetahui dari mulut ke mulut bahwa pembuatannya ada disini berarti kan dari segi Kwalitas sudah dipercaya cuma pengembangan dipasarkannya kurang baik”, tambahnya.

Ditempat terpisah Sartiwen (60) Tahun Blok Lurung Kampung Arab RT 05 RW 02, mengatakan ” untuk mendapatkan satu tenunan bisa mencapai 5 hari dan dalam satu bulan hanya 2 kain tenun karena tidak difokuskan dalam pembuatannya hanya sebagai pengisi waktu luang padahal kerajinan ini sebagai penghasilan tetap cuman karena menunggu pesanan jadi ya mau bagaimana lagi, untuk kerajinan sendiri sudah tidak ada penggantinya karena anak sendiri saja kerja jadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) menurutnya pekerjaan tersebut tidak bisa diandalkan jadi sumber matapencaharian, untuk pemasaranya saya mempercayakan ke Sunarih, saya hanya menerima apa yang dipesankannya”.

Wendi sebagai Kuwu Junti Kebon ketika ditemu ditempat kerja berharap ” adanya Industri Kerajinan Tradisional Kain tenun gedogan, Alhamdulilah masih berjalan dengan baik cuman yang menjadi kendala dipemasarannya untuk satu kain tenun masih dihargai 350 ribu rupiah padahal untuk menghasilkan kain yang berkwalitas dan bermotif baik dikerjakan cukup lama, sehingga minat bagi generasi penerus tidak ada yang mengutamakan, mereka lebih condong ke pekerjaan pertanian karena sehari bisa menghasilkan 100 ribu.

Tapi jika pemasarannya dikembangkan secara tepat kemungkinan akan cepat perkembangannya saya rasa akan terdongkrak juga pembuatan kerajinan tenun tersebut.

Untuk itu Mohon diperhatikan kepada Pemerintah Daerah serta Dinas terkait untuk kerjasama dan partisipasinya dalam mengangkat kerajinan kain tenun gedogan lebih dimaksimalkan lagi, baik alat oprasional untuk pembuatannya, juga pemberdayaan para pengrajinnya dan ikut  meningkatkan pemasarannya. sehingga secara tidak langsunsung minat belajar untuk generasi berikutnya bisa tumbuh, jangan sampai kerajinan tersebut punah. Dan sangat perlu dilestarikan agar bisa diterusan dari generasi seterusnya” pungkasnya. (Toro)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY