KOMPAK Mengecam dan Menolak Liga Sepak Bola Putri Piala Menpora

KOMPAK Mengecam dan Menolak Liga Sepak Bola Putri Piala Menpora

660 views
0
SHARE

Suara Indonesia News, Aceh Utara,
Berkaitan dengan diadakannya liga sepak bola perempuan memperebutkan piala Menpora Kota Lhokseumawe, Komite Mahasiswa dan Pelajar Kutamakmur (KOMPAK) mengecam penyelenggaraan Liga Sepakbola Perempuan U-17 yang digelar Badan Liga Sepakbola Pelajar Indonesia (BLiSPI) Aceh beberapa waktu lalu di Stadion eks PT Arun Batuphat Lhokseumawe.

Informasi yang di lansir dari Serambinews.com, BLiSPI Aceh pada tahun ini mulai menggelar Liga Sepakbola berjenjang Piala Menpora, khusus untuk putri U-17, pada 30 Juni 2019 lalu di Stadion eks PT Arun.

Liga itu sempat diikuti empat tim, dan juaranya akan berhak mengikuti tingkat nasional yang berlangsung di Bandung, pada awal Agustus mendatang.

Ketua KOMPAK Ody yunanda saat di konfirmasi via telpon Kamis (4/7/2019) menyebutkan, pihaknya mengecam adanya Liga Sepakbola perempuan di Lhokseumawe.

Mereka pun mengeluarkan sejumlah pernyataan sikap Tertulis

Di antaranya, menolak segala bentuk kegiatan yang bertentangan dengan syariat Islam dan kearifan lokal masyarakat Aceh.

Pelaksanaan liga sepakbola putri tersebut sangat bertentangan dengan harkat, martabat dan marwah perempuan Aceh yang berlandaskan syariat Islam dan kearifan lokal masyarakat Aceh.

Selanjutnya, menuntut kepada panitia penyelenggara untuk membatalkan dan membubarkan segala bentuk kegiatan yang bertentangan dengan penerapan syariat Islam dan kearifan lokal masyarakat Aceh.

Menuntut Pemerintah Provinsi Aceh dan BLiSP Aceh agar membatalkan seleksi dan pengiriman delegasi tim sepakbola U-17 putri ke tingkat nasional, karena bertentangan dengan marwah masyarakat Aceh.

Menuntut pihak Stadion PT Perta Arun Gas, agar lebih selektif dalam memberikan izin tempat.

Terakhir, menuntut permintaan maaf dari Badan Liga Sepakbola Pelajar Indonesia (BLiSPI) kepada seluruh umat Islam Kota Lhokseumawe dan Aceh secara umum, karena telah melukai perasaan dan kearifan lokal masyarakat Aceh dengan mengeksploitasi perempuan Aceh di bidang sepakbola.

Selnjutnya berharap agar pemkot lebih memperhatikan kearifan lokal “dan hargai aceh,jangan kotori tanah rencong , jaga kearifan bumi serbi mekkah” tutupnya. (Manzahari)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY