Oleh: Drs.S Kabeakan
Suara Indonesia News – Aceh Singkil. Beberapa hari ini situsi Kota Subussalam agak memanas paska pertemuan Tokoh tokoh Pemekaran Kota itu, walau tensinya di Dunia maya.
Dan apa yang di lakukan oleh tokoh tokoh itu hal yang wajar apalagi di saat Momen Hari Lebaran. Dan terkait hal apa saja yang di sampaikan dalam pertemuan itu juga hal lumrah, maklum saja profesi para tokoh tokoh itu beragam mulai dari Politikus, Birokrasi, Aktifis dan juga Masyarakat biasa.
Tentu dalam menyampaikan masukan dan pengalamannya terkait Kebijakan pemimpin di kota Subussalam ini, tentu beragam pula, jika yang menyampaikan orang politik tentu makna dan esensi dari yang di sampaikan itu, tentu bersayap, demikian juga penyampaian orang aktifis narasinya akan meletup letup kira kira contohnya, Kalau ia dari Pak pak Simsim akan berkata, “Ulang pejago jagoken ia Kucepcep nan darohni ” (jangan sok jago kuhisap nanti Darahnya), demikian juga Kaum birokrasi makna yang di sampaikan pasti menitik berat kan Kepatuhan Admistrasi, Disiplin dan Mengedepankan Kekuatan Sumber daya dan kalangan masyarakat biasa tentu yang di sampaikan berkisar Kearifan lokal yang di abaikan penguasa.
Dan sayangnya, diduga semua masukan dan narasi dalam pertemuan itu terbias oleh pemahaman dan interpretasi yang berbeda beda lalu di tarik ke satu sudut yang namanya pemimpin.
Tarik menarik pun terjadi dari pihak politik akan menarik ke kandang politik, pihak aktifis akan menyeret ke bilik aktifis. pihak birokrasi akan menggiring ke feeling kabinet nya dan masyarakat biasa hanya kena seret dan terseret seret.
Dan semua momen dan pemandangan yang sedang terjadi ini harus di maknai sebagai Pemantapan Demokrasi dan di sepakati sebagai Pemanasan Pemikiran yang beberapa bulan ini agak beku akibat Himbauan Pemerintah Dirumah Saja, akibat Si Corona.
Karena seperti kita ketahui masyarakat Subussalam merupakan masyakat yang memiliki budaya dan adat istiadat yang tentu di dalamnya terpatri rasa Kekeluargaan yang tinggi, Bertutur, mer Puhun, merpatua, mersilih, merturang, merbayo, Ta Ajo, Adong, Empung kempu.
Dan jika ditarik di sisir di bolak balik Antara warga yang di Penanggalan dan di longkip pasti ada kaitan Saudara dari semua yang di sebut di atas.
Untuk itu kepada seluruh masyarakat Kota Subussalam mari sama sama kita syukuri dan Hargai Perjuangan Tokoh tokoh Pemekaran Kota Subussalam dan jikalau mereka mereka itu masih hidup Hargai mereka, minta petuah petuahnya, dan jika dari tokoh itu sudah kembali Kepangkuan Allah SWT, Tuhan yang Esa, mari kita Doakan.
Demikian juga kepada pemimpin kita di pemko ini mari kita dukung, dan bila ada kebijakan mereka melenceng dari ruh pemekaran mari kita sampaikan melalui jalur konstitusi, hindari anarkis, jauhi pertikaian karena di dunia politik beda tipis dengan dunia olah raga, artinya hari ini si A bertanding dengan si B. karna turnamen yang di lakoni itu antar kecamatan dan minggu depannya si A dan si B, jadi satu tim karena turnamen yang di ikuti sudah antar kabupaten.
Demikian juga Politik dan masih segar di ingatan kita Bahwa Pak Bintang dan Pak Salmaza pernah Lawan Tanding dan sekarang jadi Kawan.
Untuk itu mari kita bersatu, istilah Pak pak Bage Sukat Ireben si mertongkel tongkelen, ulang bage gadong njoror saling menghakai tanoh Dan Makna Sada kata jangan dikorbankan, jangan di koyak hanya karena Urusan Politik.