Suara Indonesia News – Kuningan. Desa Kadurama Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Merupakan Wilayah Desa yang memiliki potensi wisata religi, keberadaan lokasi pemakaman Eyang Rama Alimudin Bin Eyang Lukmanul Haqim di dusun wage Desa Kadurama, merupakan salah satu situs religi yang dimiliki desa di wilayah Kuningan Timur.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Desa Kadurama, Syamir Syaripudin, ketika di temui di kantor desa yang didampingi Sekdes Mia, turut hadir, Babinsa Kadurama Serda Joko Marhendro yang tengah melakukan koordinasi tugas pengaman lingkungan, pada kamis, 7 januari 2021 di Desa Kadurama.
Keberadaan wilayah Makam tersebut, memang tidak jauh dari jalan raya Ciawigebang arah timur, lokasi tersebut banyak dikunjungi para pejiarah dari berbagai daerah, termasuk dari Banyuwangi jawa timur.
Hal tersebut diungkapkan oleh Maman, sorang penjaga makam / juru kunci, yang bekerja mulai dari tahun 2012, hingga saat ini. Bahkan ,Menurut Kiyai Rodi, salah satu keturunan generasi ke 9 ini, ketika berada di makam Eyang Rama Alimudin, menuturkan kisah beliau yang didapat informasinya dari cerita keluarga besar.
Kisah Perjuangan semasa hidupnya, Eyang Rama Alimudin yang didampingi istrinya bernama Nyai Sindu Arum, selalu berjuang untuk menyebarkan dan mengamalkan ilmu ilmu alqur’an diberbagai daerah, termasuk ponpes diwilayah kuningan timur, maupun sebagian karawang, bekasi dan DKI Jakarta, Jawa timur, hingga pada akhirnya beristiqomah di sebelah utara Desa Kadurma, dan beliau wafat sekitar tahun 1800 an, ujarnya.
Menurut Kiyai Rodi, salah satu putranya, beliau yang bernama Eyang Zaenudin, dimakamkan di belakang makam Eyang Rama, dan perjuanganya dalam mengajarkan ilmu, pernah bermukim di wilayah Blambangan Jawa Timur. Sampai sekarangpun Makam ini sering dikunjungi pejiarah khusunya Santri dari pondok pesantren yang berada di wilayah jawa timur dan sekitarnya, ujarnya.
Bahkan menurutnya, Eyang Rama Alimudin Bin Lukmanul Haqim Bin Qomar Ibnu Bin Qomar Abin, banyak mempunyai kelebihan, diantaranya dikisahkan pada saat itu, ketika mau memasuki wilayah Cisanggarung yang seharusnya berputar mengelilingi Gunung jawa, namun beliau cukup menorehkan tongkatnya / menggurat bumi, sudah bisa langsung pindah, tuturnya,
Bahkan bukan itu saja, beliau di juluki Syeh Sapu Jaga saking cepatnya menembus jarak tempuh, ketika mau mengajarkan ilmunya di berbagai wilayah, bisa dalam hitungan menit sudah tiba di daerah lain, ujar kiyai Rodi menuturkan kisah singkat kepada media. (Sep/Rie)