Sikap Moderasi Beragama Saat Menghadami Pandemi Covid- 19

Sikap Moderasi Beragama Saat Menghadami Pandemi Covid- 19

261 views
0
SHARE

Oleh : Renaldi Al-Qusairi

Suara Indonesia News. Covid-19 adalah sebuah pandemi baru yang mampu mengguncang dunia. Virus baru ini kabarnya berasal  dari wuhan, cina dan mulai menghebohkan dunia pada awal 2020. Sindrom pernafasan akut berat/sindrom pernafasan akut parah (SARS). Covid-19 mulai menjangkit di Indonesia sejak pertengahan Maret 2020 dan dengan cepat menyebar ke penjuru Indonesia.

Gugus tugas penanganan Covid-19 pun dibentuk mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah. Pemerintah pusat sampai daerah disibukkan dengan penanganan Covid-19, negara mungucurkan dana yang besar agar mata rantai virus ini dapat terputuskan. Media-media pemberitaan dipenuhi dengan pemberitaan Covid-19, masyarakat panik, dan puncaknya yaitu berubahnya sistematika kehidupan masyarakat.

Beberapa kebijakan penanganan dengan sigap disiapkan pemerintah agar tidak menjangkit banyak masyarakat. Akhirnya pemerintah inisatif mengeluarkan kebijakan social distancing, hinnga lock down atau dikenal dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Disitulah hampir semua tatanan kehidupan berubah, dunia terlihat seperti dunia yang tak seperti biasanya, masyarakat diminta berdiam diri dirumah. masyarakat diminta mentaati program stay at home, study at home, work from home, and pray at home yang diserukan pemerintah  dan dibantu oleh sejumlah ulama yang ada di Indonesia. Sebagian masyarakat mendukung dan menaati kebijakan tersebut, tapi tak sedikit masyarakat menentang kebijakan tersebut. Pro kontra pun muncul, banyak yang berkeluh kesah bahwa kalau dirumah tidak bisa makan, belajar atau kerja dirumah terkendala kuota internet dan sinyal, beribadah dirumah mengurangi kadar keimanan, dan masih banyak tanggapan dari masyarakat yang kontra tersebut. Menanggapi hal itu pemerintah berupaya memberikan bantuan kepada masyarakat, mulai dari BLT, kuota gratis, sampai penangguhan cicilan. Namun tak semudah membalikkan telapak tangan, semua itu juga masih menimbulkan kontra baru.

Perdebatan tentang kebijakan PSBB kemungkinan muncul akibat adanya provokasi dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka mengkampanyekan bahwa seolah-olah Covid-19 adalah sebuah virus yang tidak perlu dikhawatirkan dan masih banyak doktrin-doktrin yang mereka sebarkan di tengah masyarakat yang mudah terpengaruh. Dalam kampanye ini mereka memanfaatkan media hingga sampai ke agama.

Seruan beribadah dirumah sangat menimbulkan perdebatan, banyak masyarakat yang tetap bersikeras untuk sholat berjamaah di Mesjid. Mereka beranggapan bahwa tidak boleh menutup atau meninggalkan sholat berjama’ah di mesjid, smpai ada juga yang bilang kalau takut ke mesjid sama saja beriman kepada Covid-19, Na’uzubillah. Padahal anjuran ibadah dirumah tersebut telah dikuatkan dengan Fatwa MUI, tentu saja yang membuat fatwa tersebut adalah para ulama-ulama besar yang sangat memahami syari’at islam.

Dalam kondisi pandemi Covid-19 konsep pelaksanaan ibadah dirumah bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sholat berjamaah di mesjid biasanya diikuti oleh banyak orang yang tidak diketahui apakah dia terinfeksi virus Corona atau tisak, dan juga bahkan diikuti oleh orang tidak diketahui apakah dia berasal dari daerah zona merah atau bukan. Dikarenakan obat Covid-19 belum ditemukan, maka salah satu cara untuk memutus penyebaran Covid-19 yaitu dengan tidak berada ditengah orang banyak yang tidak kita ketahui kondisi kesehatannya dan kita diminta untuk mencegah dengan menghindari kontak fisik dan kerumunan massa. Oleh karena itu, pelaksanaan ibadah di tengah pandemi Covid-19 dipusatkan di rumah demi menjaga keselamatan jiwa diri sendiri dan orang lain karena menolak mafsadat lebih didahulukan daripada meraih manfaat.

Dimasa pandemi yang menghebohkan dunia dan menimbulkan pro kontra dari berbagai kalangan ini, hendaknya sebagai masyarakat beragama kita harus bijak dan tetap waspada serta hati-hati agar tidak mudah tersulut emosi serta terprovokasi hingga menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan masyarakat lainnya. Apalagi diera digital saat ini, semua cuitan yang kita posting di social media selalu disaksikan banyak mata, jangan sampai cuitan kita menimbulkan polemik yang membuat kekacauan.

“Islam adalah agama toleran dan tidak mempersulit umatnya, dalam hal moderasi beragama hendaknya kita bersikap damai dan mengutamakan toleransi. Islam sangat mengutamakan mengambil jalan tengah (wasath) Antara dua opsi, paham, atau pemikiran yang ekstrem selagi tidak merubah akidah dan mengurangi kadar keimanan kita kepada Allah SWT.

Untuk itu sikap moderasi beragama yang harus diterapkan oleh masyarakat muslim di masa pandemi saat ini antara lain ;

Pertama

Bersabarlah menghadai pandemi virus corona ini. Bersabar sangat di anjurkan dalam islam. Kesabaran juga merupakan perwujudan dari keyakinan beragama dalam bentuk sikap kita dalam kehidupan sehari-hari menjalani tantangan hidup di masa pandemi. Sebab semua ini merupakan bencana yang didatangkan Allah dengan mendatangkan tentaranya berupa virus untuk menguji kesabaran dan keimanan kita.

Kedua

Patuhi kebijakan pemerintah, MUI, Kementrian Agama dan pakar yang berwenang. Mereka adalah orang yang ditakdirkan Allah untuk melindungi rakyatnya, dan nantinya mereka dan kita semua akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.

Ketiga

Mengutamakan keselamatan manusia, karena dalam Islam keselamatan manusia sangat dianjurkan. Islam mengajarkan  bahwa Menolak Mafsadat Didahulukan daripada Mengambil Manfaat.

Keempat

Selalulah menerapkan dan melaksanakan sikap tolong menolong tanpa melihat suku, ras, dan agama. Indonesia adalah negara bhineka tunggal ika, dan Islam adalah agama toleran. Rasulullah sebagai tokoh revolusi alam tidak pernah mengajarkan sikap sombong dan angkuh kepada kita, Rasulullah sangat mencintai orang yang suka menolong.

“Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw. sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari).

Identitas Penulis :

Nama : Renaldi Al-Qusairi

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Univeraitas : UIN Suska Riau

Grub : 157

DPL : Taufik Ikhsan, S.Pd., S.Kom., M.Pd

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY