Jadi Pembicara Diskusi, GERAM Minta Kampus Untuk Lebih Manusiawi

Jadi Pembicara Diskusi, GERAM Minta Kampus Untuk Lebih Manusiawi

214 views
0
SHARE
Gambar: Jubir GERAM Sulthan Alfaraby dalam Diskusi Online Political Science Club.

Suara Indonesia News – Banda Aceh. Political Science Club (PSC) mengadakan kegiatan diskusi “Belajar Via Daring: Sudah Tepatkah Kebijakan UKT Kampus?” dan dihadiri oleh para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pemuda, Senin (27/07/2020).

Diskusi yang disenggarakan secara online ini, turut diisi oleh Juru Bicara Gerakan Mahasiswa (GERAM) Peduli Kampus Sulthan Alfaraby yang dipercayakan sebagai pembicara terkait permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa.

Sebagaimana diketahui, UKT mahasiswa di seluruh Indonesia mengalami imbas dari Covid-19 yang merebak di tanah air beberapa waktu lalu. Sehingga, sistem pembelajaran dan perekonomian mengalami kekacauan, serta banyak keluhan dari mahasiswa terkait sistem pembelajaran online yang dinilai belum mampu memenuhi standar mutu pendidikan di saat pandemi.

Menanggapi hal tersebut, Sulthan Alfaraby memberikan pandangan terkait salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh mahasiswa.

“Pertama, masalah kita terkait kuliah daring atau online. Kedua, persoalan UKT dan ekonomi mahasiswa golongan bawah yang tidak mampu berkuliah di semester depan. Jadi, saya berpandangan bahwa itu adalah masalah yang sangat serius saat ini. Semua lembaga yang ada, seperti paguyuban, lembaga internal kampus dan juga eksternal bisa saling mendata nama-nama mahasiswa yang tidak mendapatkan akses internet yang memadai dan juga yang tidak bisa lanjut kuliah, agar mencari solusi kongkrit bersama pemerintah”, ujarnya kepada media ini.

Alfaraby juga berpandangan, bahwasanya bukanlah tidak mungkin jika mahasiswa diberikan nilai B oleh kampus sebagai bentuk daripada nilai-nilai “Memanusiakan Manusia” di tengah pandemi Covid-19. Seperti diketahui, bahwasanya banyak mahasiswa yang memiliki kualitas jaringan internet yang berbeda-beda, tergantung daerah yang mereka tempati.

“Kita harus menilik daripada kasus waktu silam, mahasiswa meninggal karena mencari jaringan internet. Kita juga tahu, setiap mahasiswa kini berjuang dari tempat yang berbeda-beda. Ada yang di gunung, pinggir laut, di kota bahkan ada yang naik menara terus jatuh dan meninggal hanya demi mencari jaringan. Saya harap, kampus bisa lebih bertindak secara manusiawi atau ‘Memanusiakan Manusia’. Memberikan nilai B untuk seluruh mahasiswa adalah solusi kongkrit dari saya untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah bencana ini”, tutupnya. (Sulthan)

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY