Kelurahan Toriki Menjadi Pilot Project Pengembangan Desa Cinta Statistik di Sultra

Kelurahan Toriki Menjadi Pilot Project Pengembangan Desa Cinta Statistik di Sultra

3,066 views
0
SHARE

Suara Indonesia News – Konawe. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI Margo Yuwono yang diwakili Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, Setianto, bertandang ke Konawe dalam rangka melaunching desa Cantik di Kelurahan Toriki, kecamatan Anggaberi, yang kini menjadi pilot project pengembangan desa cinta statistik (Cantik) di Sulawesi Tenggara. Konawe dipilih sebagai lokasi launching desa Cantik ketimbang daerah lain se-Sultra oleh BPS RI, dilatarbelakangi komitmen pemerintah kabupaten (Pemkab) mendukung kebijakan Satu Data Indonesia. Sementara, kelurahan Toriki merupakan wilayah binaan BPS Konawe yang sudah menerapkan proses pengambilan kebijakan berbasis data statistik.

Sekretaris kabupaten Konawe Ferdinand Sapan, mewakili  Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, menerima kunjungan Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS RI, Setianto yang didampingi Kepala BPS Sultra Agnes Widiastuti beserta jajaran saat bertandang di kelurahan Toriki. Setianto menekankan pentingnya kerjasama untuk membangun negara yang Indonesia Centris, yakni dengan cara membangun dari desa pulau terdepan, hingga perbatasan. Upaya-upaya membangun dari pinggiran tersebut, katanya, kini telah teraktualisasi dengan tercapainya target-target RPJMN 2015-2019 yang mampu mengentaskan lebih dari 5.000 desa tertinggal di seluruh Indonesia. Termasuk, mendorong lebih dari 2.000 desa se-Indonesia untuk menjadi desa mandiri. Dan pada periode periode RPJMN 2020-2024 ini, tantangannya diperbesar lagi. Pemerintah memasang target mengentaskan desa tertinggal yang saat ini jumlahnya 19.000-an desa, menjadi 3.000-an desa di tahun 2024 mendatang.

“Ini tantangan yang berat tentu saja. Tapi kalau kita saling berkolaborasi, kita yakin dengan tuntunan Allah SWT, target-target tersebut bisa tercapai. Karena niat kita baik, kalau desa kita ini bisa semakin maju tentu masyarakatnya juga akan maju,” ujar Setianto, dalam sambutannya saat launching desa Cantik di kelurahan Toriki.

Ferdinand menuturkan, hingga saat ini desa masih menjadi objek dalam pengelolaan dan pemanfaatan data. Berbagai jenis data dapat dikumpulkan di tingkat desa. Misalnya, pendataan potensi desa yang dicatatkan oleh BPS, pendataan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) oleh Kemensos, Sistem Informasi Keuangan Desa (Siskeudes) oleh BPKP, SDGs Desa oleh Kemendes-PDTT, dan sebagainya. Namun, sebutnya, data-data yang dikumpulkan itu masih saling tidak terintegrasi dan tidak seluruhnya meninggalkan jejak data.

“Kondisi ini berefek pada inefisiensi sumber daya dan berpotensi pada terjadinya inkonsistensi data. Data itu mahal, makanya harus kita pelihara supaya target pembangunan bisa terukur,” ucap Setianto.

Sekda Konawe juga menyebut, melalui terobosan Desa Cantik yang berfokus pada pembinaan statistik, nantinya desa tersebut mampu mengelola dan mengembangkan data statistik dalam membangun desa yang lebih baik. Dari program pembinaan statistik tersebut, diharapkan kapabilitas statisik desa dapat meningkat. Dengan demikian, data statistik yang dikelola oleh desa akan semakin berkualitas.

“Sehingga, setiap penyusunan atau pengambilan kebijakan akan lebih tepat sasaran. Sebagai instansi yang diamanahkan untuk melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan statisik, BPS siap melakukan pembinaan sesuai kebutuhan desa,” pungkasnya.

Senada dengan itu, Sekab Konawe Ferdinand Sapan mengemukakan, penyusunan kebijakan publik harus menggunakan pendekatan yang berdasarkan data dan metodologi (keilmuan). Katanya, pemkab Konawe telah menindaklanjuti Peraturan Presiden (Perpres) RI nomor 39 tahun 2019 tentang kebijakan satu data Indonesia. Sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo, negara Indonesia saat ini memiliki potensi kekayaan baru. Kekayaan baru tersebut yakni menyangkut data yang dan diproyeksi nilainya melebihi taksiran harga minyak di pasaran.

“Artinya, data itu menjadi sangat penting untuk menyusun dan menetapkan arah kebijakan yang dilakukan pemerintah,” ungkap Ferdinand Sapan.

Mantan Kepala BPKAD Konawe itu menambahkan, dari sisi pencapaian makro ekonomi beberapa tahun terakhir, Konawe menjadi wilayah terbaik di wilayah regional Sultra. Hal itu, katanya, merupakan salah satu prestasi yang sangat membanggakan dan patut disyukuri. Satu diantaranya, yakni rata-rata pertumbuhan ekonomi Konawe yang cukup jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Sultra.

“Ini membuktikan Konawe menjadi daerah yang menyumbangkan kesejahteraan dalam skala provinsi. Prestasi ini akan terus kita dorong dengan langkah nyata dan benar-benar terukur,” tegasnya.

Ia menyebut, pencapaian salah satu indikator makro ekonomi itu, menjadi motivasi besar bagi pemkab Konawe untuk memastikan skenario pembangunan kedepan berjalan sesuai yang harapan. Sebab itu, diperlukan instrumen data dan informasi yang dapat diyakini kebenarannya. “Sehingga analisis perencanaan pembangunan daerah dapat dilakukan dengan tepat dan akurat,” pungkasnya. (Red SI)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY