Luhut, Please, Bertahanlah Untuk Bangsa dan Negara Ini !! (1)

Luhut, Please, Bertahanlah Untuk Bangsa dan Negara Ini !! (1)

226 views
0
SHARE

Suara Indonesia News – Jakarta. Kalau saudara ditempatkan di lapangan terbang, dan sekutu menyerang dengan pesawat terbang B-29, saudara harus pegang senapan mesin, sedangkan kaki saudara dirantai supaya tidak bisa menyingkir dan lari karena pesawat musuh itu tak bisa dilawan, dan saudara akan mati.”, demikian keberatan bossnya saat dia menyampaikan keinginannya masuk tentara. Laki – laki gagah ini tetap pamit dengan hormat kepada bossnya, Oba, pemilik perusahaan kayu Panglong 40. Dia tetap masuk tentara melalui jalur Gyugun pada 1944. Dia ingin mewujudkan mimpi sejak kecilnya  agar seperti moyangnya Si Singamangaraja XII yang gugur melawan Belanda.

Dengan karir cemerlangnya yang dilalui dengan lika-liku, Presiden Sukarno Dan Jenderal Ahmad Yani menyetujui dia  belajar di US Army Command and General Staf College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika pada 1963-1964. Namun dia harus ikut dulu ‘pendalaman’  di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad) Bandung sekitar tahun 1960an.

Tanpa dinyana, dia satu kelas dengan Kolonel Soeharto yang baru saja kena kasus korupsi. Ketika Soeharto ditunjuk oleh Kolonel Soewarto menjadi ketua senat, dia menolak keras karena citra buruk Soeharto dalam kasusnya di Jawa Tengah. Sejak itu diduga dimulainya ‘perang dingin’ ke-duanya yang sama berpangkat Kolonel TNI-AD.

Dan, Ketika Ahmad Yani diangkat menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat, dia pun diangkat menjadi Asisten 4/Logistik Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad) sejak 1 Juli 1962. Posisi Menpangad itu kira-kira saat ini setara dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Dalam jabatannya yang baru itu, mulanya ia masih berpangkat Kolonel.

Saat dia menjadi atase militer RI di Bonn, Jerman Barat antara 1956-1962. Presiden Sukarno memang sudah lama ‘kesemsem’ dengan Putra Balige 25 Juni 1925 ini, maka melalui Ahmad Yani beliau pun diminta ke Jakarta menghadap ke Istana Merdeka.

DIA DIJULUKI TENTARA PENDETA

Saat dia menjadi atase militer RI di Bonn, Jerman Barat antara 1956-1962. Dalam berbagai sumber, sang istri terkasih mengatakan betapa Perwira gagah ini kurang tidur karena kebanggaan akan menghadap Panglima Tinggi Angkatan Perangnya. “Iya Semalaman dia gelisah sehingga sulit tidur memikirkan masalah yang hendak dibicarakan di Istana esok pagi,” aku Marieke Pandjaitan br Tambunan. Saat bertemu Sukarno merekapun berdiskusi sekaligus dia menyampaikan bahwa

dia pernah menasehati tokoh PRRI, Alex Kawilarang, atase militer RI di Washington yang akan hijrah ke Permesta. Juga dia menasehati Kol. Achmad Sukendro yang dikenal antikomunis agar tetap loyal kepada NKRI.

“Saya mendapat laporan jika  ‘jij tidak loyal kepada saya sebagai Presiden/Panglima Tertinggi,” pancing Sukarno saat Itu.

Dia kemudian berdiri dan menghormat, “Siap, saya sudah disumpah sebagai perwira, Pak, bahwa saya tetap setia kepada Pancasila, Presiden, Panglima Tertinggi, dan Pemerintah. Sekian,” jawabnya tegas masih dengan posisi berhormat. Sukarno tersenyum, mereka pun kemudian ‘ngopi. Termasuk dia senang saat  ‘diguyoni Sukarno sebagai tentara pendeta, karena dia kerap khotbah di gereja – Gereja Bonn dalam bahasa Jerman. ‘Ahahah.. betapa indahnya

Yani kemudian dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat pada 21 Juli 1962. Beberapa hari sesudah pelantikan, Pandjaitan ditetapkan sebagai Asisten IV yang membidangi logisitik.  Pangkatnya pun dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal.

Posisinya sebagai orang dekat Ahmad Yani membuatnya masuk daftar penculikan oleh kelompok perwira pimpinan Letnan Kolonel Untung.

Menjelang pagi Tanggal 1 Oktober 1965 lalu, rumahnya di Jalan Hasanuddin 53 Kebayoran Baru, Jakarta selatan diobrak-abrik Pasukan   pimpinan Sersan Sukarjo. Demi keselamatan keluarga, dia yang tinggal dilantai 2  Akan turun menyerah, beberapa tentara penyerbu masuk kamarnya, dia tertunduk dalam doa khusyu. Dari lantai bawah terdengar teriakan seluruh keluarga juga Albert keponakannya,  “Tulang, Tulang! Jangan Turun! Jangan Menyerah!”.

Penyerbu Itu tidak perduli,  tanpa ampun laki – laki gagah berpangkat Brigjen ini pun  diberondong peluru, kemudian mayatnya diseret hingga mobil dihalaman, dalam bercak darah sepanjang itu, keluarganya memunguti gumpalan darah segar  dan cuilan …  (maaf) … daging yang berasal dari kepalanya.

JENDERAL LUHUT, TIRULAH DIA !

Disaat gencarnya ‘penghancuran’ seorang loyalis Presiden Jokowi, terdengar santer  Jenderal TNI Purn. Luhut Binsar Panjaitan akan ‘mengundurkan diri’, ingatlah Perjuangan DI.Panjaitan, Pak Luhut.

“Tulang, Tulang! Jangan Turun! Jangan Menyerah!”.

Kami, Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AKARJOKOWI2013) & Aliansi Wartawan Non-Mainstream Indonesia (ALWANMI) dengan kerendahan hati memohon kepada bapak Luhut agar tetap bersama Presiden Jokowi hingga tahun 2024 mendatang.

. “Holong mangalap holong, Hotang binebe andor pinulos pulos Unang ho mandele ai godang do tudos-tudos … / … Kasih Meraih kasih,

Jangan pernah putus asa dan putus harapan karena derita / nasib yang kamu alami juga dialami oleh banyak orang”…

Hormat kami,

Arief P.Suwendi (Kornas), Jimmy Hongrius (Sekjend), Widiarta Wirawan, Jerry A. Hongrius, Wawan Kurniawan, Rahmawati, Rinaldo M. Tobing, Yuto Silondae, Zay M.Zainudin, Jack Marzuki, Hokben Lingga, I Nyoman Parta Adi, Ani Gartini, Hernie C.Monteiro, Sunan M.Romansya, Corny Rahmawati, Baron Rony Bodi, Endang Ruwaliyana, Nurjanah, Rosa Oca, Rudi Mulyana R, Asep Rukmana, Anggiat Sugiatto, Denny Chua H, John Glen Panjaitan,  Hiasintus Sinto S,  Een H.Prayuda, Denny Quswantara , dsb

-BERSAMBUNG-

(PpRief/Yuto/RL)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY