Kisah Kiki Sang Gadis Yang Pergi Selamanya

Kisah Kiki Sang Gadis Yang Pergi Selamanya

1,536 views
0
SHARE

Di tepi jalan, sebelum aku pergi, ibu bersama kakak ikut menunggu kendaraan yang melintas untuk ditumpangi. Saat itu juga aku sempat meminta agar ibuku bersedia untuk di abadikan dalam sebuah potret dari kamera handphone sebagai tanda kenangan. Lama kami menunggu dan berharap ada mobil penumpang yang melewati jalur ini. Tak lama kemudian, dari kejauhan nampak mobil lintas berwarna putih mendekat. Mobil itu tiba-tiba berhenti tepat dihadapan kami. Mau kemana? Tanya supir angkot itu. Sofifi, balas Ibuku. Ku lihat wajah ibu seperti sedang cemas, seakan tak rela melepaskan waktu yang begitu singkat. ‘Bu, aku minta pamit, jaga dirimu baik-baik’. Pintahku. “Kau juga nak, hati-hati di jalan. Nanti kalau sudah tiba jangan lupa beri kabar pada kami”. Balas ibu penuh harap. Kemudian aku menyalami tangan ibu dan juga berpelukan mesra dengan kakaku. Setelah aku menaiki mobil berwarna susu itu, kaca jendela mobil ku jatuhkan agar dapat melihat Ibu dan kakaku. Sempat bertatapan sambil melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Mobil kemudian berjalan. Kurang lebih jarak 20 meter mataku masih tertuju pada spion luar mobil, nampak ibu masih berdiri di tepi jalan dengan pasrah, laju kendaraan mulai kencang tepat ditikungan pertama mataku tak bisa menangkap lagi wajahnya.

Mau ke mana dek? Tanya supir angkot itu sambil ia perhatikan diriku di spion mobil tepat dibagian atas kepalanya. Sofifi, jawabku. Ku lihat matanya sering mengintai aku dari kaca spion itu. Kaca jendela tiba-tiba naik. Pikir ku aneh, Hanya aku dan seorang supir angkot berduaan dalam mobil itu.

Mobil makin melaju, dan pertanyaan makin terus hadir dari mulut supir yang sepertinya aneh. Rasa takut mulai mengahantui seakan niat jahat bisa terjadi dalam kesempatan yang sangat besar ini. Ia terus bertanya dan lama kelamaan membuatku gelisah bercampur cemas. Rasa cemas pada wajah ibu serentak terbayang seakan menyiratkan khawatir bila sesuatu menimpa dirikku. Supir angkot itu semakin terlihat mencurigakan, wajahnya genit kadang-kadang mengintai diam-diam dibalik spion sambil tersenyum picik. Ah, apa yang bakal menimpa diriku pada hari ini. Kataku dalam hati. Dan rupanya aku melihat supir itu kemudian terdiam semacam ada sesuatu yang direncanakan.

Seketika suasana berubah jadi hening, hanya ada suara musik yang terdengar dari dalam mobil. Jarak tempuh kurang lebih 1 jam lebih waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat tujuan dan perjalanan sudah menelan waktu kurang lebih satu jam, sekitar 12 kilometer lagi sudah akan tiba di pelabuhan. Sebelum tiba, supir itu kembali bersuara dengan nada yang nampak merayu. Aku baru sadar kalau kaca mobil itu terlihat gelap. Dari luar tidak dapat melihat dengan jelas kedalam mobil. Bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu? Ajaknya. Aku tidak mau. Hanya sebentar saja, boleh tidak. Supir itu terus memaksa agar aku mengikuti ajakanya.

Dari tingkahnya yang mencurigakan itu, aku kemudian meminta agar ia segera turunkan aku tengah dalam perjalanan. Saat itu, hatiku sudah tahu betul niat supir itu bisa mengancam hidupku. Tapi rupanya ia tak mau menerima keputusanku. Ia menginjak gas, mobil melintasi jalanan yang sunyi itu dengan kecepatan seperti sedang mengikuti balapan di atas sircuit. toloooong.!! Teriakku, pria itu kemudian mengancam jika aku berteriak lagi maka ia bisa berbuat kasar terhadap diriku. Ketakutan semakin terasa. Aku kembali berteriak dengan suara yang lebih lantang.

Jendela kaca mobil ku buka untuk meminta pertolongan pada siapa saja yang sedang berada di jalanan. Sempat ku lihat ada seorang ibu menyaksikan keadaanku tapi kecepatan mobil tak bisa membuat ibu itu berbuat apa-apa. Dan lelaki itu berhasil membawa aku jauh dari keramaian yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Lelaki itu akhirnya dapat meloloskan keinginannya. Sebuah keinginan yang menggoreskan luka di dada ibuku. Seperti tak memandang aku sebagai seorang manusia yang masih butuh untuk bernafas. Ia tinggalkan bangkai mayatku di tengah hutan, terkapar tak berdaya dengan kondisi yang mengenaskan, tepat di kebun milik warga Desa Dokulamo.

Usiaku masih terlalu dini tapi dipaksa untuk meninggalkan dunia dengan waktu yang terlalu singkat. Sementara ibuku sudah nampak beruban dirambutnya yang semakin hari usianya makin senja keemasan. Penantian atas kepergianku ini yang terakhir kali terpendam dalam sukamnya. Ibu, maafkan aku. Kepergianku kali ini untuk selamanya.

Carita ini berdasarkan hasil komentar, keterangan dan pendapat para netizen yang ramai dibicarakan di beranda Facebook, selebihnya penulis menarasikan melalui imajinasi.

Tindakan personal kejahatan yang dilakukan oleh pelaku, mestinya dibalas dengan hukuman yang setimpal. Ini bukan hal yang sepele, apalagi sudah mengorbankan nyawa. Atas nama kemanusiaan. Dosa perbuatan ini tidak mudah diampuni oleh Tuhan. Sebab tindakan tersebut setara dengan membunuh saudaranya sendiri.

Atas perbuatan pelaku tim gabungan Polda Maluku Utara (Malut) dibantu Polres Tidore Kepulauan (Tikep) mengungkap motif dibalik tewasnya Gamaraia W. Kumala alias Kiki (19), remaja cantik asal Malifut, Halmahera Utara mulai terjawab.

Berdasarkan keterangan Direktur Reskrimum Polda Malut Kombespol Anton Setiyawan melalui perss conference di Aula Polres Tikep, Jumat (19/7/2019), menjelaskan kronologis kejadian bahwa pada awalnya kiki saat menaiki mobil milik pelaku Muhammad Irwan Tutuwarima alias Ronal (35) dari Tahane Halmahera Utara (Halut) menuju ke Sofifi. Setibanya di tempat kejadian perkara (TKP) di wilayah Guraping Sofifi, Entah setan apa yang merasuki pelaku Muhammad Irwan Tutuwarima alias Ronal (35) melakukan aksinya dengan cara merampok, perkosa dan membunuh korban dengan cara mengambil karet lis kaca mobil yang berada di saku tempat duduk penumpang depan sebelah kiri dan mencekik leher korban dengan dua kali lilitan hingga tewas,” jelasnya.

Direskrimun, Anton Setiyawan menyebutkan, setelah korban merenggang nyawa di kursi penumpang bagian tengah, pelaku kemudian membawa mobil menuju ke jalan 40 untuk membuang dompet, sepatu, tas korban dan selanjutnya menuju Lelilef, Kota Weda Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), untuk membuang mayat korban dan menutupi korban dengan menggunakan terpal dan dedaunan kering yang berada di TKP di dusun lukulamo desa lelilef weibulan, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halteng, tuturnya.

Usai pelaku melakukan perbuatan tersebut, Muhammad Irwan Tutuwarima alis Ronal langsung melarikan diri di kota Tidore Kepulauan, dan akhirnya pelaku tersebut ditangkap oleh Kanit Reskrim Polsek Tidore Bripka Ustang Usman bersama rekan lainnya dii rumahnya saudara Rifan Kelurahan Dokiri, Kecamatan Tidore Selatan, Kota Tidore Kepulauan, ujarnya.

Anton menjelaskan, penangkapan pelaku berawal dari informasi masyarakat yang menyebutkan bahwa sepeda motor milik pelaku akan dikirim dari Loleo (oba tengah) menuju Tidore. Dari informasi tersebut kemudian Kanit mengecek ke pelabuhan Trikora dan didapati kendaraan roda 2 tersebut dijemput oleh Rifan atas suruhan pelaku.

Setelah Kanit Reskrim Polres Tikep menginterogasi ternyata pelaku bersembunyi di rumah Rifan di kelurahan dokiri, Kota Tidore Kepulauan, kemudian langsung dilakukan penangkapan di rumah Rifan pada Kamis 18 Juli 2019 kemarin.

“ Pelaku sudah mempunyai niat jahat terhadap korban melaukan tindakan pidana, semenjak korban menaiki mobil pelaku dari Malifut. Selain itu, pelaku diketahui adalah residivis kasus pemerkosaan yang terjadi pada tahun 2006 di halmahera timur, saat itu pelaku divonis 4 tahun penjara dan bebas pada awal tahun 2010,” terangnya.

Atas perbuatan tersebut pelaku dijerat dengan Pasal 340 pembunuhan berencana, Pasal 339 Pembunuhan diawali dengan perbuatan pidana, Pasal 285 pemerkosaan, dan Pasal 366 pencurian dengan kekerasan yang menyebabkan orang meninggal dengan ancaman paling tinggi hukuman hati, penjara seumur hidup dan 20 tahun penjara, kata Anton. (kutip)

Alfatiha untukmu Kumala. (Rasa Duka yang mendalam. Asbur Abu dan keluarga wartawan Suara Indonesia News)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY