Suara Indonesia News – Jakarta, Pungutan – pungutan liar apapun, sekecil apapun yang dilakukan secara tidak legal dan bertentangan dengan semangat anti KORUPSI di luar biaya resmi yang diberikan oleh suatu negara, akan membuat investor berpikir ulang untuk berinvestasi bahkan mungkin menggagalkannya. Mereka tidak mau beresiko dikemudian hari”, demikian Suahazil Nazara, Wakil Menteri Keuangan saat doorstop di hotel Pullman, (10/12-19) Lalu.
Bahkan, ditambahkan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI tahun 2009 ini, investor juga akan membandingkan biaya total investasi dengan negara – negara potensial lainnya. “Ini bukan masalah main-main ya, dampaknya serius. Mereka pastinya akan lebih memilih negara dengan biaya yang lebih minim, karena tidak adanya pungutan-pungutan liar.
Sekecil apapun, korupsi dapat menjadi salah satu penyebab terhambatnya investasi di Indonesia. Saat mencari tempat untuk menanamkan modalnya, para investor akan terlebih dulu melihat indeks korupsi di suatu negara atau daerah. Kalau dunia usaha mau investasi, dia bukan melihat daya beli dan harganya saja. Di sini korupsi bisa menjadi penghambat dari investasi. Menghambat keinginan dunia usaha, pemilik modal, investor, untuk menanamkan uangnya di investasi,”
Para investor, katanya lagi, sangat menghindar dengan pungutan apapun. Sekecil apapun, Mereka lebih mencari negara lain yang lebih Aman, nyaman dan anti korupsi. Disatu sisi Pemerintah akan terus mempermudah perijinan, biaya investasi yang aman dan nyaman. Sekaligus Kita berantas celah celah peluang pungutan liar dan korupsi. Segala upaya kita lakukan Itu dengan serius, sehingga tidak ada hal-hal yang di luar dari ketentuan,” ujarnya.
Suahazil Nazara lahir di Jakarta, 23 November 1970 Lalu, sebelumnya ia menjabat Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Indonesia sejak tahun 2016. Dan mulai menjabat sebagai Wamenkeu sejak 25 Oktober 2019.
Beliau berasal dari etnis Nias, meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE.) dari Universitas Indonesia pada tahun 1994, kemudian mendapatkan gelar Master of Science (MSc.) dari Cornell University USA pada tahun 1997. Pada tahun 2003, meraih gelar Doctor of Philosophy (PhD.) dari University of Illinois at Urbana-Champaign USA. ‘Bravo Pak Wamen. (PpRief/RL)